Penelitian terbaru menemukan fakta bahwa tidur malam selama enam jam, atau kurang dari itu, bisa meningkatkan risiko depresi hingga 80%.
Untuk mendapatkan hasil penelitian ini, para peneliti dari Georgia Southern Univeristy menganalisis 20,851 orang melalui survei telepon.
Para partisipan diberikan pertanyaan mengenai seberapa sering mereka mengalami gugup, merasa tak berdaya, dan depresi, dalam 30 hari terakhir. Responden juga diminta untuk mencatat jumlah waktu tidur per hari.
Baca juga: Kecantikan Dianggap Sebagai Hak Asasi, Brasil Subsidi Operasi Plastik
Selain depresi, menurut penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Neurology, Psychiatry and Brain Research ini, kurang tidur selama satu jam (atau tidur di bawah tujuh jam) dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami cemas dan gelisah, sebanyak 60-80%.
Para peneliti menyatakan, temuan terbaru mereka ini seharusnya bisa mendorong para ahli kesehatan untuk mempertimbangkan faktor pola tidur saat menangani pasien pengidap gangguan mental.
Studi sebelumnya yang dilakukan oleh para peneliti dari Binghamton University, juga menemukan fakta bahwa penderita insomnia, kurang mampu untuk mengatasi pikiran dan emosi negatif dibanding mereka yang mendapatkan cukup tidur.
Baca juga: Peneliti: Orang-orang Kreatif Cenderung Mengidap Bipolar dan Depresi
Setiap tahunnya, ada 25% orang dewasa di Amerika Serikat yang mengalami gangguan tidur dan sekitar 7% menderita depresi.
Menurut para peneliti, wanita sangat sensitif terhadap efek insomnia. Mereka yakin, itu disebabkan oleh hormon sehingga para perempuan lebih berisiko mengalami depresi.
The National Sleep Foundation merekomendasikan tidur selama tujuh hingga sembilan jam setiap malam.
Source | : | Daily Mail Online |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR