Pada akhir 1990an, Alex Barendregt melihat foto-foto model Jerman, Veruschka, yang seluruh tubuhnya dilapisi cat. Ia terkesan dengan cat tubuh tersebut, namun tidak menemukan bentuk seni yang pas untuk menggambarkannya.
Akhirnya, pada 1998, Barendregt memutuskan untuk membuat pertunjukkan yang ia sebut dengan Bodypainting Festival pertama di Eropa.
Dua dekade kemudian, pelukis tubuh dari 50 negara bersiap untuk berpartisipasi pada World Bodypainting Festival ke-21, di Klagenfurt, Austria, pada 12 Juli mendatang.
Baca juga: Festival Tenun Ikat Sumba 2018 Siap Tebar Pesona dan Pikat Wisatawan
Tahun ini, partisipan akan berkompetisi dalam 12 kategori – mulai dari penggunaan sikat dan spons hingga lukis tubuh berkelompok untuk riasan efek khusus dan seni instalasi. Acara ini juga meliputi festival musik, pasar makanan, dan lokakarya selama satu minggu, sebelum kompetisi utama dimulai.
“Saya rasa, transformasi adalah sesuatu yang manusiawi – termasuk transformasi tubuh dan dekorasi,” ujar Barendregt kepada National Geographic.
“Anda bisa mengekspresikan perasaan dan emosi melalui warna, juga dalam bentuk seni bergerak seperti menari,” tambahnya.
Pada World Bodypainting Festival 2018, beberapa suku asli akan berpartisipasi. Komunitas asli di pulau Easter akan menghadiri festival ini dan berkompetisi menggunakan teknis lukis tubuh tradisional yang mereka gunakan untuk bercerita selama ratusan tahun.
Melukis tubuh sudah menjadi sarana ekspresi manusia sejak awal mula kehidupan. Dan di zaman modern, banyak seniman terlibat dalam bentuk seni ini. Seiring berjalannya waktu, bodypainting pun mendapat perhatian dari pusat mode. Ia semakin diakui oleh museum dan galeri di seluruh dunia.
Selain itu, dengan bantuan media dan beragam festival, lukis tubuh bahkan menjadi subjek acara televisi, Skin Wars.
Baca juga: Pramoedya Ananta Toer, Sang Genius nan Kontroversial Asal Blora
Cheryl Ann Lipstreu, juara tiga World Bodypainting Festival 2017, dan kontestan Skin Wars musim kedua, mengatakan bahwa seni lukis tubuh telah menemukannya. Setelah menjadi model dan tubuhnya dilukis cat, ia memutuskan untuk melakukannya sendiri. Bagi Lipstreu, tubuh manusia adalah kanvas karya seninya.
“Kanvas tubuh manusia lebih terhubung denganku karena itu memiliki detak jantung. Aku lebih senang menggambar di sana karena bisa menyaksikan bagaimana mereka menikmati karyaku. Ketika model senang setelah tubuhnya dipenuhi cat dari atas hingga bawah, rasanya seperti euforia,” papar Cheryl.
Berhasil diselenggarakan selama 20 tahun, Barendregt mengatakan, ia sadar bahwa World Bodypainting Festival telah membantu menciptakan gerakan seni yang tadinya tidak ada. Meskipun begitu, impian Barendregt untuk seni lukis tubuh masih belum selesai.
“Visi saya adalah menciptakan pusat seni bagi para pelukis tubuh,” pungkasnya.
Source | : | Allison Mcnearney/National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR