Ayah Kristine mengajarkannya membaca dan sang ibu mencoba meningkatkan semangatnya. Kabar-kabar dari ‘dunia atas’ yang didengarnya berasal dari Leopold Socha, penduduk Polandia yang menemukan tempat persembunyian mereka.
Kristine berjuang dengan depresinya sambil menyaksikan bagaimana orang-orang lain dalam persembunyian mulai kehilangan akal. Sebagian keluar dari bawah tanah hanya untuk ditembak.
Sementara yang lainnya, berhasil bertahan selama 14 bulan sebelum Rusia membebaskan mereka pada Juli 1944.
Ketika Kristine keluar dari bawah tanah, ia kekurangan gizi dan kesakitan. Mata gadis cilik ini juga tidak tahan dengan paparan cahaya matahari. Beruntung, Kristine masih memiliki baju hangat hijau dari sang nenek yang dikenakannya hingga sembuh.
“Baju hangat ini menyelamatkan dan tumbuh bersamaku. Saya sangat menyayanginya,” katanya.
Baca juga: Kisah di Balik Kata 'Mayday' Sebagai Deklarasi Situasi Darurat
Setelah perang, Kristine pindah ke Israel, menikah, menjadi dokter gigi, lalu bermigrasi ke Amerika Serikat di mana ia mengubah nama belakangnya menjadi Keren. Setiap hari, Kristine selalu menatap baju hangat tersebut.
Hingga akhirnya, pada 2004, Kristine mendonasikan sweaternya ke museum Holocaust. Meskipun tidak dipajang, namun baju hangat ini bisa dilihat pengunjung dengan mengajukan permohonan terlebih dahulu.
“Itu adalah benda yang menghubungkan Kristine dengan neneknya yang tidak berhasil selamat dari kekejaman Holocaust,” kata Snyder yang membantu mengumpulkan dan merawat objek-objek peninggalan masa perang, termasuk milik korban pembantaian Nazi.
“Pasti berat bagi Kristine untuk menyerahkan benda bersejarah ini kepada museum. Namun, kami telah melewati beberapa diskusi panjang,” tambahnya.
Source | : | Erin Blakemore/History |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR