Nationalgeographic.co.id - John Turmel, pria asal Kanada mendapat julukan yang kurang menyenangkan, yakni "Politisi Pencundang" setelah dirinya gagal sebanyak 95 kali dalam berbagai pemilihan yang telah diikutinya.
Dilansir dari SCMP pada Senin (24/9/2018), Turmel pertama kali mencalonkan diri pada pemilihan tahun 1979 dengan tujuan untuk melegalkan perjudian. Setelah melakukan pendekatan dengan mendatangi rumah-rumah penduduk, usahanya hanya menghasilkan 193 suara dalam pemilihan pertamanya.
Selama hampir empat dekade, Turmel telah berjuang dalam 95 pemilihan umum, mulai dari anggota dewan kota hingga anggota parlemen. Turmel seringkali maju dengan jalur independen dengan jumlah suara yang fluaktif. Berawal dari 11, hingga mencapai 4.500 suara.
Baca Juga : Berencana Mengunjungi Kuil Thailand? Etika Ini Wajib Diperhatikan
Dirinya sering mengusung ide-ide yang tidak biasa dalam janji kampanyenya, seperti mendeskripsikan isu perubahan iklim sebagai hoax. Tak heran bila berbagai media kemudian menyorot sosok yang sudah tidak muda ini sebagai bahan pemberitaan. yang membuatnya menjadi bahan pemberitaan.
Bahkan sebuah surat kabar pernah menyebutnya sebagai "pecundang luar biasa" saat dirinya kalah dalam pemilihan. Salah satu radio juga menjulukinya sebagai "politisi pecundang terbesar".
Meski mendapat banyak kritikan, Turmel tetap bangkit dan mengabaikan kritikan tersebut.
“Apakah saya merasa buruk dengan hal tersebut? Tidak,” ujar pria berusia 67 tahun ini dalam sebuah wawancara di kantornya di Brantford, sebuah kota di Ontario selatan.
Menyebut dirinya sebagai "pejudi profesional", bagi Turmel tidak ada menang dan kalah, melainkan ini sebagai cara yang murah dalam menyebarkan sebuah ide.
Baca Juga : Menopang Bongkahan Es Antartika, Ide Baru Atasi Dampak Perubahan Iklim
Turmel pertama kali terdorong untuk mengikuti pemilihan ketika polisi menggerebek permainan kartu yang digelar di rumahnya di Ottawa, yang membuat dirinya ditahan.
"Saya ditangkap. Karena itu, saya mencalonkan diri untuk parlemen pada 1979 agar dapat melegalkan perjudian dan berhenti menangkap saya," ungkapnya.
Kampanye yang dilakukan Turmel semakin diperluas dengan melegalkan narkoba dan prostitusi.
Dalam beberapa tahun terakhir, Turmel tidak lagi melakukan kampanye dari rumah ke rumah. Ia beralih memilih gaya kampanye yang jauh lebih konfrontatif. Turmel muncul di setiap debat, termasuk acara yang tidak mengundangnya. Akibat perbuatannya ini, dirinya harus beberapa kali diusir oleh polisi.
"Saya tidak melakukan kampanye. Saya hanya pergi, mendaftar, memberi mereka siaran pers, dan konferensi pers. Setelah itu saya akan pulang. Dan jika ada debat, saya akan hadir," ujar Turmel.
Turmel mengaku bahwa dana kampanye yang dikeluarkannya sangat kecil dan berasal dari hasil perjudian. "Saya tinggal dekat dengan lokasi permainan poker terbesar di negara ini. Dan itu memungkinkan saya untuk bisa membiayai semua kegiatan saya," ujarnya.
Baca Juga : Penemuan Jejak Fosil Dickinsonia, Salah Satu Hewan Pertama Bumi
Memasuki masa pensiun pada dua tahun lalu, Turmel tidak lagi menggunakan uang hasil judinya. Meskipun telah berhenti bermain judi untuk sementara waktu, ia tetap mengikuti pemilihan.
Saat ini dirinya telah mengikuti kampanye untuk pemilihan wali kota Brantford, tempat di mana ia tinggal. Ini akan menjadi pemilihan ke-96 yang ia ikuti.
Mengalami kekalahan terus menerus, Turmel mengaku tidak menyesal. Bahkan pada November 2016, ia memegang rekor dunia sebagai "Most Elections Contested" oleh Guinness World Records.
Source | : | scmp,guinnessworldrecords.com |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR