Konfigurasi kompleks ini juga menyulitkan untuk membuat pemodelan potensi tsunami, sehingga sukar untuk mengeluarkan peringatan yang akurat dan cepat kepada orang-orang yang mungkin terdampak.
Pergi ke arah bukit
Saran paling aman dan sederhana bagi orang-orang di daerah pesisir yang terkena gempa adalah, secepatnya pergi ke bukit atau tanah tinggi, dan menetap di sana selama beberapa jam.
Tapi pada kenyataannya, ini masalah yang lumayan rumit.
Hawaii dan Jepang memiliki sistem peringatan dini yang canggih dan efisien. Menerapkan sistem serupa di Indonesia merupakan sebuah tantangan, mengingat kurangnya infrastruktur komunikasi dan beragamnya bahasa yang digunakan masyarakat di kepulauan yang sangat besar ini.
Setelah bencana tsunami Aceh 2004, ada upaya internasional untuk meningkatkan jaringan peringatan tsunami di wilayah. Hari ini, sistem peringatan tsunami Indonesia mengoperasikan jaringan yang terdiri dari 134 stasiun pengukuran pasang-surut, 22 pelampung yang terhubung ke sensor lantai laut untuk mengirimkan peringatan permulaan, seismograf di darat, sirene di sekitar 55 lokasi, dan sebuh sistem untuk mengeluarkan peringatan via SMS.
Namun demikian, pembiayaan dan dukungan sistem peringatan dini dalam jangka panjang adalah masalah yang tidak kecil. Masing-masing pelampung tsunami sendiri memakan biaya $250 ribu untuk pemasangan dan $50 ribu per tahun untuk pemeliharaan.
Tiga badan pemerintahan di Indonesia yang bertanggung jawab untuk mitigasi bencana tsunami dan gempa bumi telah menderita akibat pemotongan anggaran, serta usaha internal untuk memperjelas peran dan tanggung jawab mereka.
Akhir kata, kejadian tsunami Palu telah menunjukkan bahwa pemodelan tsunami yang saat ini kita punya tidaklah cukup. Pemodelan itu tidak memasukkan gempa bumi yang berulang ke dalam perhitungan secara memadai, atau longsor bawah laut yang tercipta akibat gempa.
Baca Juga : Belum Ada Teknologi Yang Dapat Menentukan Kapan Gempa Datang, Mengapa?
Tidak ada satu pun sistem peringatan yang dapat mencegah gempa kuat. Tsunami, dan kematian korban serta kerusakan infrastruktur, hampir pasti akan terjadi di masa depan.
Tetapi dengan sistem peringatan dini yang mumpuni dan tepercaya, juga komunikasi dan kesadaran publik yang lebih baik, kita dapat mengurangi dampak tragis.
Untuk gempa yang terjadi sangat dekat dengan pantai—seperti yang kerap berlangsung di Indonesia—bahkan sistem yang ideal pun tidak akan sanggup menyebarkan informasi penting dengan cukup cepat.
Geografi Indonesia dan kehidupan masyarakat di pesisir yang rawan membuat tsunami makin berbahaya, jadi kita perlu upaya yang lebih banyak dan lebih giat untuk menciptakan masyarakat yang tahan gempa dan tsunami.
Anja Scheffers, Professor, Southern Cross University
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR