Nationalgeographic.co.id - Beberapa hari ini media tengah ramai mengenai pemberitaan adanya topan Michael yang menyapu Florida, Amerika Serikat dengan kecepatan 250 km/jam pada Rabu (10/10/2018) lalu.
Badai yang masuk dalam catatan badai terkuat dalam sejarah AS ini pun diberitakan telah merenggut 16 korban meninggal. Angka ini dikhawatirkan akan meningkat, mengingat tim penyelamat masih belum berhasil menjangkau beberapa daerah terdampak.
Baca Juga : Suku Chambri dan Tradisi Skarifikasi, Melukai Kulit Agar Menyerupai Buaya
Perusahaan asuransi, Karen Clark & Company menafsirkan kerugian akibat peristiwa ini sebsar US$8 miliar (setara dengan Rp120 triliun). Bagaimana tidak, beberapa daerah tepi pantai pun seakan disapu bersih.
Topan Michael tidak hanya merusak sarana publik. Angkatan Udara Amerika Serikat bahkan menjadi pihak yang terdampak. Pangkalan udara militer (Lanud) Tyndall seakan tidak berkutik menghadapi ganasnya topan Michael.
Lebih dari 17 jet tempur F-22 Raptor dan sejumlah Boeing QF-16 target drones dilaporkan mengalami kerusakan. Pangkalan udara yang terletak di Teluk Meksiko ini pun membuktikan bahwa belum ada yang mampu melawan alam.
Baca Juga : Tradisi Menyetrika Payudara Agar Terhindar dari Kejahatan Seksual
Lanud Tyndall merupakan rumah bagi jet latih T-38 Talon dan F-22 dari 325th Fighter Wing sebagaimana drone QF-16 dan pesawat telemetri E-9A dari 53rd Weapons Evaluation Group.
Walaupun banyak pesawat menjadi korban, sebagian besar sudah diamankan sebelum topan ganas ini tiba. Pesawat dipindahkan ke Lanud Wright-Patterson di Ohio dan Bandara Fort Worth Alliance di Texas.
Nice work mil/Civ/contractors getting Team Tyndall “Alberto Ready”!!! pic.twitter.com/UPhTkNBx43
— 53 WEG COMMANDER (@53WEG_Commander) May 27, 2018
Sementara itu pesawat yang tengah dilakukan pemeliharaan, tetap ditinggal di dalam hanggar.
F15 static display at Tyndall ☹️ pic.twitter.com/zc6l19fpsq
— Christine Lynch (@clynch504) October 11, 2018
Source | : | BBC,Mylesat |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR