Kontradiksi Pangan Organik

By , Jumat, 19 September 2014 | 13:55 WIB

“Ada 10,3 juta hektare pekarangan yang siap ditanam di Indonesia. Bandingkan dengan padi yang luasannya hanya delapan juta hektare,” tegas Haryono, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, di ruang kerjanya di kawasan Pasar Minggu, tepat pada pukul tujuh pagi itu. Menurutnya, karena angka itulah program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang disingkat KRPL ini dimunculkan, dengan salah satu prinsip utama ketahanan dan kemandirian pangan keluarga.

“KRPL diharapkan berjalan dengan terdiri dari minimal 30 rumah tangga,” tutur Etty Herawati, Kepala Balai Pengkajian Teknologi  Pertanian (BPTP) Jakarta. “Di lingkungan ini, ditanam tanaman siap konsumsi. Untuk mempermudah masyarakat, kebun bibit inti ada di sini. Sementara untuk di KRPL, tersedia kebun bibit desa,” lanjutnya sambil mengajak saya menyambangi kantornya.

Saat melewati pintu pagar BPTP yang letaknya tak jauh dari tempat Haryono bertugas, tiba-tiba riuhnya jalan seolah hilang ditelan indahnya tata tanaman yang menghiasi halaman. Beragam teknik penanaman, pembibitan, kolam ikan, hingga tempat pembiakan cacing, tertata baik mengelilingi gedung kantor itu.

Menurut Etty, ini merupakan model bagi 20 KRPL yang tersebar di Jakarta. “Kami uji coba dulu di sini, baru diterapkan di lapangan,” ujarnya. Awalnya saya curiga bahwa tanaman sebagus ini dipelihara dengan sentuhan bahan kimia. Saya pun bertanya, “apakah ini semua pengelolaan ini dilakukan dengan sistem organik?” Etty mengiyakan dengan tegas dan membawa saya ke kandang berisi puluhan kelinci yang air seni serta kotorannya menyuburkan tanaman yang ada di sana.

Di akhir kunjungan, ia menyuguhi saya dengan minuman sari wortel nanas serta sari rosela dicampur jahe, yang keduanya dikemas di dalam botol plastik kecil,  juga kue-kue yang terbuat dari campuran bayam. Semuanya berasal dari kebun. Hal inilah yang diajarkan kepada ibu-ibu yang menjalankan program KRPL. “Supaya ada motivasi untuk melestarikan. Kalau ada produk bernilai tambah, kan ada motivasi untuk menanam,” ujarnya bersemangat.

 !break!