Bendung Lama Pamarayan: Risalah Max Havelaar dan Monumen Revolusi Sosial di Sungai Ciujung 

By Mahandis Yoanata Thamrin, Sabtu, 13 Januari 2024 | 21:00 WIB
Bendung Lama Pamarayan yang pernah dialiri gemuruh Sungai Ciujung. Arsitekturnya bergaya Art Deco. Proyek pembangunan bermula pada 1905, bangunan bendung selesai pada 1914. Namun proyek pembangunan saluran irigasi secara keseluruhan berakhir secara resmi pada 1939. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

"Sawah seringkali tetap tidak ditanam di wilayah tersebut akibat banjir dan drainase yang buruk. Selama musim hujan, sawah kadang-kadang terlalu dalam terendam air sehingga tidak dapat ditanami, sedangkan pada musim kemarau pasokan air terlalu sedikit," imbuhnya.

Williams menambahkan, "Persentase sawah yang tidak ditanami tertinggi terdapat di distrik Serang, Pontang, Ciruas, dan Ciomas dan dalam tingkat yang lebih rendah di Menes, Caringin, Pandeglang, dan Pamarayan.”

Namun, ketika pemerintah menuntut petani Banten untuk meningkatkan hasil panennya, distrik-distrik itu masih mengalami kemerosotan ekonomi. Mereka tetap "tergantung pada impor beras asing selama musim paceklik sebelum panen."

     

Lini Masa Pembangunan

Pada Maret 1896, Direktur Burgerlijke Openbare Werken (BOW, departemen pekerjaan umum Hindia Belanda) memenuhi kekurangan tenaga teknis di Banten. Kantor itu menugaskan Van Marle untuk menyurvei untuk kepentingan pembangunan irigasi dan drainase air di Banten Utara.

Van Marle melaporkan hasil penelitian pendahuluannya pada Juli 1897. Dia memberikan pertimbangan mengenai kemungkinan irigasi dari Sungai Ciujung berdasarkan data yang ia kumpulkan mengenai aliran dan permukaan yang dapat diairi.

Felix mencatat, berdasarkan hasil pekerjaan Van Marle dan Jhr. van der Does, kepala insinyur S.W. Becking dari divisi teknik sipil mengajukan rancangan awal berikut dengan penjelasan. Pada Mei 1904, rancangan awal ini diajukan kepada pemerintah.

Beberapa sumber menyebut bahwa perancang bangunannya adalah Simon Snuyf. Dia adalah seorang insiyur sipil pertama yang sejak 1909 bertanggung jawab atas desain bangunan BOW.

Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Dokumentasi Arsitektur, Snuyf memang telah mendesain arsitektur bangunan-bangunan penting di Hindia Belanda. Sederet karyanya yang masih dikenang adalah Kantor Pos Medan (1909), Sekolah Cikini (1909), kantor NILLMIJ di Batavia (1909), kantor NILLMIJ di Bandung, kantor NILLMIH di Medan, dan Menara Air di Palembang (1928), dan beberapa bangunan lainnya.

Namun demikian, lembaga itu belum menemukan rujukan informasi yang tepercaya berkait Bendung Pamarayan sebagai karya Snuyf. Kemudian, saya menunjukkan beberapa foto mutakhir arsitektur bendung ini kepada Nadia Purwestri, Executive Director Pusat Dokumentasi Arsitektur.

"Saya belum dapat data yang menyebutkan bahwa ini memang karya Snuyf," ujar Nadia. "Jadi saya belum bisa bilang ini karya Snuyf, tapi kalau mengkoreksi juga belum bisa karena memang mirip karya Snuyf."