Sejarah Dunia: Ketika Bangsa Eropa Saling Berebut Rempah-Rempah

By Sysilia Tanhati, Jumat, 12 Juli 2024 | 08:00 WIB
Perang rempah-rempah bisa dianggap sebagai salah satu konflik pertama yang melanda sebagian besar wilayah dunia. Bagaimana kisah perang rempah dalam sejarah dunia? (Public Domain)

Perdagangan rempah Abad Pertengahan

Lalu mengapa perdagangan rempah-rempah dari zaman kuno nampaknya terhenti hingga Periode Modern Awal? Salah satu teorinya adalah setelah kebangkitan Islam mendominasi semenanjung Iberia dari abad ke-7 M hingga tahun 1492.

Saat itu, pedagang Arab dan Ottoman menguasai jalur perdagangan utama. Mereka mengendalikan masuk dan keluarnya Eropa melalui Laut Merah dan pintu masuk ke Mediterania melalui Samudra Atlantik.

Baru pada tahun 1498 muncul faktor terbesar yang membuka perdagangan rempah-rempah. Penjelajah Portugis, Vasco da Gama, menjadi orang pertama yang berhasil menjelajahi Tanjung Harapan untuk mencapai India.

Penjelajahannya itu membuka jalur perdagangan baru. Bila berhasil melewati Tanjung Harapan yang berbahaya dan melanjutkan perjalanan ke India, mereka bisa mendapatkan rempah-rempah dari sumbernya. Khususnya rempah-rempah seperti lada hitam, kayu manis, dan kapulaga.

Pada sekitar pergantian abad ke-15—berkat Vasco da Gama dan Christopher Columbus—Periode Modern Awal dimulai.

Perkembangan teknologi dan perdagangan akan menjadi awal dari perdagangan rempah-rempah Eropa. Semua itu akhirnya mendorong terjadinya perang rempah-rempah.

Portugis di India

Berkat keberhasilan pelayaran Vasco da Gama dan kedatangannya di India, perdagangan rempah-rempah terbuka bagi kekuatan Eropa.

Tentu saja, Portugal adalah negara Eropa pertama yang mendapat keuntungan dari ekspedisi ini. Mereka dengan cepat mendirikan koloni di India Selatan, khususnya di pantai barat.

Daerah seperti Goa di pantai barat daya India masih memiliki pengaruh Portugis yang kuat. Salah satunya dapat dilihat saat ini dalam arsitektur bersejarahnya.

Baca Juga: National Geographic Indonesia Merapah Rempah: Kabar dari Selat Malaka