Sejarah Dunia: Ketika Bangsa Eropa Saling Berebut Rempah-Rempah

By Sysilia Tanhati, Jumat, 12 Juli 2024 | 08:00 WIB
Perang rempah-rempah bisa dianggap sebagai salah satu konflik pertama yang melanda sebagian besar wilayah dunia. Bagaimana kisah perang rempah dalam sejarah dunia? (Public Domain)

Setelah perjalanan Vasco da Gama ke sekitar Tanjung Harapan dan melewati Tanduk Afrika, Portugis mendirikan koloni di titik-titik strategis utama. “Koloni itu sering kali dibangun pelabuhan sehingga mereka dapat memperdagangkan kargo,” Ollivier menambahkan lagi.

Selain itu juga membuat awak kapal beristirahat dan menambah persediaan untuk perjalanan berbahaya ke India, Kepulauan Rempah-Rempah, dan sekitarnya.

Salah satu persinggahan utama adalah Angola, di barat daya benua Afrika. Kerajaan Portugis menjajah Angola (dan Mozambik) di mana mereka dapat mengumpulkan budak.

Beberapa dari mereka akan diperdagangkan kembali ke Eropa. Sedangkan yang lainnya akan bepergian bersama para pedagang dengan kapal dan dipaksa bekerja di perkebunan rempah-rempah di Asia.

Bangsa Portugis adalah salah satu negara yang paling banyak memperbudak manusia. Dan ada anggapan bahwa perebutan Angola oleh Portugis merupakan titik balik sikap Eropa terhadap Afrika. Titik balik itu pada akhirnya mencapai puncaknya pada Perebutan Afrika pada abad ke-19.

Menyadari pentingnya memiliki koloni di Afrika untuk kebutuhan strategis mereka, Belanda juga mendirikan koloni di sekitar Afrika Selatan modern. Itulah sebabnya bahasa Belanda tidak terlalu berbeda dengan bahasa Afrika Selatan. Selain untuk tujuan perdagangan, koloni Belanda di Afrika Selatan membantu para pelaut dalam jangka panjang.

Banyak orang meninggal karena penyakit kudis dan rakhitis karena kekurangan vitamin C. Karena alasan itu, Belanda mendirikan koloni di Afrika Selatan. Di koloni itu, Belanda menggunakan budak (dan juga petani Belanda) untuk menanam pohon buah-buahan eksotik. Jadi para pelaut dapat mengisi tenaga mereka di kapal dalam perjalanan ke Kepulauan Rempah-Rempah.

Jika bukan karena koloni Portugis dan Belanda di Afrika, kecil kemungkinan perdagangan rempah-rempah Eropa akan berkembang pesat. Seperti yang terjadi pada abad ke-17 dan seterusnya.

Berakhirnya perang rempah

Meskipun rempah-rempah masih diminati hingga saat ini, perdagangan rempah-rempah di dunia Modern Awal akhirnya berakhir. Ada berbagai alasan mengapa hal ini terjadi, meskipun konsensus umum adalah karena permukiman di benua Amerika.

Dari Amerika datanglah kentang, kopi, dan tembakau. Ketiganya memiliki permintaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan rempah-rempah eksotik. Jalur perdagangan baru melintasi Atlantik ke Amerika telah dibuka. Jadi para pelaut tidak lagi diharuskan melakukan perjalanan berbahaya di sekitar Tanjung Harapan untuk mencapai Kepulauan Rempah-Rempah.

Pada abad ke-18 dan ke-19, Perusahaan Hindia Timur Belanda dan Inggris runtuh. Akibatnya, sentralisasi perdagangan rempah-rempah yang selama ini hanya berpusat di Asia Tenggara pun berakhir.

Iklim yang serupa di Amerika Tengah berarti bahwa rempah-rempah juga dapat ditanam di sana—sehingga memudahkan para pedagang Eropa. Mereka tidak perlu jauh-jauh membeli rempah dari Asia lagi.