Metode ini hadir di Nusantara bukan sebagai ajang kontestasi mana yang lebih dahulu dan mana yang lebih unggul. Ia juga menambahkan, para pasien tidak pernah memandang apakah ahli terapi bekamnya berasal dari Arab atau Cina. Mereka hanya ingin sembuh dari penyakit. “Ketika berobat, mereka tidak lagi melihat etnis,” ujarnya. “Bekam bisa menjadi alat komunikasi toleransi.”
Saya pun berpikir, penggunaan tanduk kerbau untuk peranti bekam mungkin lebih mudah diterima masyarakat Nusantara pada zaman klasik. Setidaknya, metode pengobatan itu tidak menyakiti sapi, satwa suci bagi umat Hindu.
Pada edisi Januari 2019, kami menyajikan kisah pengobatan tradisional Cina, dan perjuangan ilmuwan untuk mencapai kesepakatan terkait sains kesehatan. Simak sepenggal riwayat pengobatan, perawatan, rekomendasi diet, dan praktik terapeutik yang telah dijalani selama lebih dari dua milenium.
Terima kasih telah membaca National Geographic Indonesia.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR