Nationalgeographic.co.id - Bagaimana seseorang bisa tahu bahwa dia perempuan atau laki-laki? Secara fisik, ketika seseorang lahir, mereka akan terlahir dengan alat kelamin sebagai identitas biologis mereka.
Namun, ada kondisi ketika seseorang tidak mengakui jenis kelaminnya secara spesifik (laki-laki atau perempuan). Kondisi ini disebut dengan genderqueer atau non-biner.
Di sisi lain, orang genderqueer juga ada yang mengakui bahwa dia memiliki dua jenis kelamin sekaligus walaupun secara fisik hanya memiliki satu jenis kelamin.
Baca Juga : Hal yang Harus Diperhatikan Agar Tidak Stres di Kantor Setelah Liburan
Ada berbagai macam identitas genderqueer, beberapa diantaranya adalah Agender, Genderfluid, dan Androgynous.
Perlu diingat bahwa genderqueer tidak sama dengan transgender atau interseks. Transgender merupakan orang yang mengaku jenis kelamin diri mereka berbeda dari anatomi seksual ketika lahir, sehingga ada yang sampai melakukan operasi kelamin.
Transgender yang belum melakukan operasi atau terapi hormon akan rentan terkena disforia gender. Mereka akan merasa cemas dan mengalami tekanan batin karena tidak nyaman denga jenis kelamin yang dimilkinya sejak lahir.
Sementara itu, interseks adalah suatu kondisi ketika seseorang memang terlahir dengan dua alat kelamin, sehingga sulit digolongkan pria atau wanita.
Identitas diri
Fay (21), dalam wawancaranya dengan New York Times, mengatakan bahwa menjadi genderqueer atau non-biner lebih berkaitan kepada hal internal. Hal ini termasuk bagaimana dia memperkenalkan dirinya pada orang lain atau cara dia berpakaian, satu hari dia bisa saja berpenampilan maskulin, tetapi keesokannya lebih feminim.
Meski begitu, Fay tetap saja merasa bahwa dirinya bukanlah keduanya (laki-laki atau perempuan). Dia tidak merasa bahwa dia perempuan sepenuhnya dan juga tidak merasa sebagai laki-laki.
Saat dia bersama dengan keluarga dan temannya, dia terbiasa dengan kata ganti panggilan (dalam Inggris she/they) apapun selama mereka tahu bahwa dia non-biner. Ketika berkenalan dengan orang baru, dia akan memperkenalkan dirinya sebagai "mereka" (them) agar orang mengerti bahwa dia genderqueer. Dengan begitu dia tidak perlu menjelaskan lagi secara panjang lebar kepada orang.
Baca Juga : Kisah Kepala Kerbau Sebagai Sesajen Stasiun Jakarta Kota 'BEOS'
Contoh lainnya adalah Ana (23). Ia mengatakan tidak ingin dikategorikan sebagai perempuan atau laki-laki. Menurutnya menjadi seorang non-biner adalah menjadi tanpa batas, yang berarti dapat menjadi apa saja.
Banyak orang menuntut penjelasan pasti mengenai gendernya. Namun, Ana merasa tidak nyaman menjelaskan hal ini karena menurutnya genderqueer adalah hal yang rumit. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri dan bisa diterima sebagai dia apa adanya.
Perlu diingat bahwa genderqueer atau non-biner merupakan identitas diri seseorang dan hal ini terlepas dari seksual orientasi mereka.
Source | : | The New York Times,Hello Sehat |
Penulis | : | Nathania Kinanti |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR