Selanjutnya, para ilmuwan membandingkan informasi yang mereka dapat dengan studi lingkungan yang mengarah ke iklim wilayah selama periode tersebut.
Inti danau menunjukkan adanya bukti kekeringan dan banjir dengan curah hujan yang berkurang secara signifikan–bersamaan dengan penurunan populasi di Cahokia. Menurut para peneliti, iklim seperti itu berdampak pada kemampuan penduduk dalam menanam jagung sehingga memengaruhi produksi makanan.
Sekitar 1150 A.D, ada bukti banjir besar di sepanjang sungai Mississippi. Pada titik ini, tim melihat pergeseran signifikan dalam jumlah dan kepadatan rumah yang dibangun, juga produksi kerajinan tangan. Semua tanda tersebut menunjukkan ada semacam tekanan sosial atau politik yang mengarah ke ‘reorganisasi’.
Baca Juga : Manusia Prasejarah Bunuh Anjing Mereka Agar Bisa Bersama di Akhirat
Para peneliti mengatakan, kekeringan dan banjir menimbulkan tekanan besar bagi penduduk Cahokia. Hal ini kemudian diperparah dengan periode pemanasan yang dikenal dengan Anomali Iklim Abad Pertengahan di zaman es sekitar tahun 1300.
Mereka menambahkan, perubahan iklim memang pada akhirnya memberikan pengaruh besar pada masyarakat dan mengubah sosiopolitik sebuah wilayah.
“Budaya bisa sangat tangguh dalam menghadapi perubahan iklim. Namun, ketahanan bukan berarti tidak menimbulkan perubahan. Mungkin di Cahokia terjadi reorganisasi budaya yang membuat mereka memutuskan untuk relokasi atau migrasi. Masyarakat modern pun juga pasti akan melakukan hal itu jika menghadapi masalah yang sama,” kata Sisses Schroeder, profesor antropologi dari University of Wisconsin-Madison yang terlibat dalam penelitan ini.
Source | : | Newsweek |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR