Nationalgeographic.co.id - “Selamat datang di kota Manchester yang lekat dengan Revolusi Industri, sepak bola, dan musik,” ujar Sue McCarthy—pemandu wisata kami, peserta Media Visit dari Kedutaan Besar Inggris—pada suatu pagi di pengujung musim gugur 2016.
Suasana Manchester saat itu cukup cerah. Sue menjemput kami di hotel yang terletak di seberang The Bridgewater Hall, sebuah gedung konser dengan kapasitas 2.400 penonton dan menjadi tuan rumah sekitar 250 penampil tiap tahunnya.
Manchester memang lekat dengan musik. Sejumlah penyanyi dan grup band lahir dan besar di kota di wilayah barat laut Inggris tersebut. Sebut saja The Stone Roses, Simply Red, atau Take That yang akrab didengar pencinta musik di Indonesia.
Baca Juga : Kehidupan Sosial Batavia di Mata Lelaki Ningrat Jawa Abad Ke-19
Sue lalu mengantar kami ke sebuah gedung yang hanya berjarak sepelemparan batu ke sebelah kiri hotel. Terpampang jelas tulisan “The Hacienda” di bagian depan gedung tersebut.
“Dulu di sini merupakan kelab dan kerap dipakai konser musik. Sejumlah band asal Manchester bermain di sini. Mereka dibesarkan oleh Tony Wilson,” kata Sue menjelaskan.
Wilson merupakan salah satu pendiri perusahaan rekaman yang terkenal di Inggris, Factory Records. Hacienda menjadi tempat berkembangnnya genre musik acid house dan rave. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, Manchester melahirkan genre musik bernama Madchester.
Wilson banyak meninggalkan warisan dalam dunia musik. Ketika The Hacienda atau juga dikenal dengan kode FAC51—angka 51 merujuk pada nomor katalog klub—tutup, dia sudah punya Dry Bar di Oldham Street, wilayah Northern Quarter, sebagai tempat baru bermusik.
“Dry merupakan sebuah bar, sedangkan Hacienda adalah kelab,” ujar Wilson saat Factory Records membuka tempat tersebut pada 1989.
Lantaran biaya sewa yang mahal, Hacienda lantas dialihfungsikan. Setelah ditutup pada 1997 dan dihancurkan pada 2002, tempat tersebut dibangun ulang. Tak lagi menjadi kelab dan tempat musik, melainkan properti yang disewakan untuk tempat tinggal dan kantor.
Akan tetapi, nama The Hacienda tetap dipertahankan. Legacy Tony Wilson pun tetap ada di tempat tersebut, meski hanya gambar siluet di bagian belakang gedung yang berhadapan dengan sebuah kanal kecil.
Baca Juga : Meniti Jejak Kabur Orang-orang Tambora di Batavia
Kanal memang tak bisa dipisahkan dari Kota Manchester dalam perkembangannya saat Revolusi Industri. Kanal itu dibangun agar produk untuk memangkas pajak tinggi yang ditetapkan Pemerintah Kota Liverpool sehingga kapal bisa langsung berlabuh di pusat Kota Manchester.
Castlefield merupakan salah satu kanal pertama di Manchester—dipergunakan pada 1764, dan terletak di pusat kota. Tepat di sebelah kanal tersebut, ada Castlefield Arena yang bisa digunakan untuk festival musik.
"Biasanya band-band indie suka bermain di sini,” tutur Sue.
Menuju Old Trafford
Kanal di Kota Manchester memang menjadi sejarah panjang wilayah tersebut. Kanal jualah yang menjadi “penghubung” dua identitas utama Manchester, musik dan sepak bola.
“Musik dan sepak bola merupakan simbol kesuksesan dari kota ini. Identitas regional itu penting. Mancunians punya identitas yang sangat kuat untuk merayakan kesuksesan itu, terutama ketika berhadapan dengan orang-orang Selatan dan Liverpool,” ujar Profesor Nick Crossley, sosiologis dari Universitas Manchester.
Tak jauh dari Hacienda, saya melihat ada sebuah perahu bermotor berwarna kuning. Tampak seperti taksi-taksi di Kota New York. “Itu memang taksi,” jawab Sue. “Namanya Waxi atau water taxi.”
Keberadaan kanal-kanal di Manchester memang dilihat sebagai salah satu peluang untuk memperkenalkan taksi air." Saya melihat taksi air ini merupakan solusi transportasi lokal di Greater Manchester dengan memanfaatkan jalur air," ujar Andy Burnham, salah satu kandidat Wali Kota Manchester, pada awal November 2016.
Baca Juga : ColouriseSG, Teknologi yang Mengubah Foto Hitam Putih Menjadi Berwarna
Dibandingkan mobil, Waxi memang kalah cepat. Perahu berwarna kuning itu rata-rata berlayar enam kilometer per jam saat membawa penumpang.
"Kendati demikian, ada sensasi berbeda saat menaiki Waxi. Apalagi, angkutan tersebut bisa mengantar kita sampai Stadion Old Trafford," kata Sue
Ya, Old Trafford. Apabila Hacienda merupakan simbol kehebatan Manchester dalam dunia sepak bola. Stadion berjulukan Teater Impian itu merupakan markas dari klub tersukses di Liga Inggris, Manchester United.
Klub berjulukan Setan Merah itu sudah meraih 20 kali gelar juara kasta teratas Liga Inggris. Manchester United juga menjadi satu-satunya tim di Inggris—bukan Britania Raya—yang berhasil menjadi treble winners—sebutan untuk tim dengan juara liga, kompetisi domestik, dan Liga Champions.
Memasuki Old Trafford, saya langsung merasakan kemegahan klub tersebut. Laiknya orang Inggris yang begitu menghormati sejarah, begitu juga manajemen Setan Merah.
Di museum klub, sejumlah trofi penanda kesuksesan klub dipajang. Beberapa pemain yang membukukan rekor spesial juga dibuatkan area khusus. Seperti Wayne Rooney, pencetak gol terbanyak untuk Manchester United dan tim nasional Inggris.
“Selamat datang di markas klub paling sukses di Inggris. Tak ada klub lain yang bisa meraih tiga trofi sekaligus kecuali kami,” kata Jason Leach, Museum Business Development, saat memperlihatkan tiga trofi perlambang treble winners di salah satu area museum.
Manchester United merupakan salah satu contoh klub profesional dan sukses dari segi prestasi dan finansial. Mereka merupakan klub terkaya di dunia. Hal itu tak lepas dari pengelolaan mereka di segi pemasaran dan komersial.
Salah satunya adalah keberadaan Hotel Football di depan Old Trafford. Hotel yang dimiliki beberapa legenda klub—Ryan Giggs, Paul Scholes, Nicky Butt, serta Gary dan Phil Neville—itu menjadi destinasi utama fans, selain Old Trafford.
Saya pun membayangkan andai profesionalisme ala Manchester United ini diterapkan di beberapa klub Indonesia. Soal antusiasme suporter, Indonesia tak kalah dari Inggris. Namun, soal profesionalisme, itu yang masih harus dibenahi.
Destinasi 'wajib'
1. Menjadi Saksi Kehebatan Manchester
Greater Manchester punya beberapa area yang menarik untuk dikunjungi. Uniknya lagi, setiap area itu menawarkan kekhasan berbeda. Jadi, penggemar musik, sejarah, atau sepak bola, tak perlu khawatir apabila punya kesempatan untuk berkunjung ke kota ini.
2. Old Trafford
Dari namannya saja, Anda sudah bisa menebak area ini menawarkan apa. Ya, penggemar sepak bola dunia pasti akan tahu bahwa di sinilah tempat bermarkas Manchester United. Berkunjung ke Old Trafford bisa dikatakan sebagai sebuah perjalanan suci bagi penggemar Manchester United.
Mereka yang datang pun tak perlu pusing-pusing mencari tempat tinggal karena ada Hotel Football yang punya nuansa sepak bola. Sampai-sampai, toiletries di kamar mandinya pun berlabel legenda Manchester United beserta nomor kostum yang dipakai.
3. Northern Quarter
Bagi Anda penggemar musik dan seni, mampirlah ke wilayah ini. Ada Manchester Craft and Design Centre. Tempat yang pada masa lalu berupa pasar ikan ini sekarang berubah fungsi menjadi showroom dan workshop sejumlah pekerja seni. Ada beberapa barang unik yang bisa dibeli.
Jika ke Oldham Street, akan ada sejumlah kafe yang dijadikan tempat manggung sejumlah musisi. Selain itu, ada beberapa toko piringan hitam yang menjual karya-karya klasik dan musisi asli Inggris.
Baca Juga : Keraton Yogyakarta Terlibat dalam Siasat Menjebak Dipanagara?
4. Corporation Street
Wilayah ini merupakan bagian modern dari Kota Manchester. Sejumlah toko dan pusat perbelanjaan serta beragam kafe ada di sini. Untuk pencinta sepak bola, National Football Museum menjadi tempat yang pantang untuk dilewatkan.
5. Castlefield
Tempat ini menjadiarea konservasi yang dilindungi. Terdapat benteng peninggalan Romawi yang sebagian masih kokoh hingga saat ini. Di tempat ini pula ada kanal pertama yang menjadi penanda arus Revolusi Industri. Museum Sains dan Industri Manchester ada di Liverpool Road yang berseberangan dengan Castlefield. Sesuai namanya, Liverpool Road pada zaman dulu menjadi perlintasan barang dari Manchester ke Liverpool.
Penulis | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR