Nationalgeographic.co.id - Seorang fotografer senior badan luar angkasa Amerika Serikat (NASA), Bill Ingalls memotret stasiun luar angkasa internasional (ISS/International Space Station) dengan latar belakang Bulan dalam kondisi purnama.
Karena saking besarnya ukuran Bulan dibandingkan dengan stasiun luar angkasa tersebut, maka ISS hanya nampak sebagai sebuah titik, atau lebih menyerupai huruf Z kecil.
Momen foto ISS berlatar purnama ini merupakan kesempatan langka yang mensyaratkan kondisi langit bersih serta timing yang cepat dan akurat.
Baca Juga: Juni, Waktu yang Pas Buat Lihat Pertunjukkan Jupiter di Angkasa Hanya dengan Teropong Biasa
ISS sangat sulit untuk ditemukan dengan mata telanjang. Begitu menemukannya, sedetik kemudian ISS akan menghilang dari pandangan, karena saking cepatnya obyek itu bergerak melintasi angkasa dengan kecepatan 8 km per detik atau lebih dari 27.000 km per jam.
Karena itu, Ingalls pun harus melakukan perencanaan matang untuk memprediksi jalur lintasan ISS di tengah purnama. Waktu eksekusi untuk mengabadikan stasiun luar angkasa tersebut hanya sepersekian detik.
Baca Juga: NASA Bersiap Hadapi ‘God of Chaos’, Asteroid Besar yang Akan Menghampiri Bumi
Baru-baru ini, Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) sudah mengumumkan rencana membuka Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) bagi turis 2020 mendatang. Misi komersial itu bakal berlangsung selama 30 hari dengan calon peserta bakal melakukan aktivitas "komersial dan pemasaran yang sudah disetujui" selama berada di orbit.
Diwartakan Sky News Jumat (7/6/2019), estimasi biaya untuk berangkat pulang dan pergi seharga Rp 58 juta dollar AS, atau sekitar Rp 826,9 miliar. Adapun biaya akomodasi per malam dipatok 35.000 dollar AS, atau Rp 499 juta.
Baca Juga: NASA Akan Bayar Ratusan Juta untuk Tiduran Selama Dua Bulan, Tertarik?
Jika terdapat cukup permintaan, NASA menyatakan bakal ada dua perjalanan komersial selama setahun. Calon astronot bakal diberangkatkan ke markas NASA di mana mereka diharuskan untuk memenuhi standar kesehatan ketat yang diterapkan oleh badan antariksa itu.
NASA menjelaskan, tawaran penerbangan komersial ke luar angkasa itu merupakan upaya untuk dapat mandiri memenuhi kebutuhan finansial laboratorium penelitian luar angkasa itu.
Astronot Christina Koch yang berbicara daru ISS menyatakan tawaran itu adalah "pengalaman menyenangkan" yang mempunyai nilai unik penelitian, pengembangan, dan teknologi.
Baca Juga: NASA Jadwalkan Perjalanan Luar Angkasa Pertama Khusus Perempuan
Stasiun luar angkasa internasional, ISS, bukan properti milik NASA. Stasiun luar angkasa itu dibangun bersama dengan Rusia mulai 1998 dan negara-negara lain berpartisipasi dalam misi dan pengiriman astronot.
Tetapi AS telah membayar dan mengendalikan sebagian besar modul yang membentuk stasiun luar angkasa itu dan saat ini berada di orbit rendah Bumi tersebut.
Meski NASA baru akan memulainya pada 2020 mendatang, wisata ke ISS pernah dilakukan pada 2001 silam. Ketika itu, seorang pengusaha AS Dennis Tito yang membayar sebesar 20 juta dollar (sekitar Rp 280 miliar) kepada Rusia untuk membawanya ke luar angkasa.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Gloria Samantha |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR