Nationalgeographic.co.id - Bulan Juni telah habis. Hujan semakin jarang datang. Suhu pun udara terasa makin panas. Rupanya, peneliti telah memprediksi tahun 2019 menjadi tahun terpanas dalam sejarah manusia.
Para peneliti juga telah mengingatkan tahun 2019 akan terjadi El Nino. Catatan data dari Climate Predicition Center di National Oceanic and Atmospheric Administration hingga akhir Februari, 80% El Nino penuh telah dimulai.
Jurnal Geophysical Research Letters juga memperkuat fakta yang menyatakan bahwa dampak El Nino semakin memburuk di beberapa tahun terakhir akibat perubahan iklim. Dampaknya pun akan semakin parah apabila suhu Bumi terus meningkat.
Baca Juga: Persiapan Naik Haji Saat Musim Panas, Ini Tips Hindari 'Heat Stroke'
"Dengan El Nino, sangat mungkin 2019 menjadi tahun terpanas," ujar Samantha Stevenson, ilmuwan iklim di University of California, Santa Barbara.
Tahun-tahun terpanas di Bumi telah terjadi dalam empat tahun terakhir, yaitu 2015-2018. Dipicu oleh peningkatan emisi karbon dioksida yang memerangkap panas dan telah melebihi rekor.
Iklim Bumi lebih hangat dari rata-rata abad ke-20 selama 406 bulan terakhir. Artinya, tidak ada orang di bawah usia 32 tahun yang pernah mengalami dingin seperti di masa tersebut.
"Pemanasan yang meningkat akan memengaruhi kesehatan manusia, serta akses ke makanan dan air tawar. Itu juga bisa menyebabkan kepunahan hewan dan tumbuhan, merusak kehidupan terumbu karang dan makhluk laut," kata Elena Manaenkova, Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO).
Baca Juga: India Alami Panas Ekstrem, Warga Lakukan Ritual Mengawinkan Kodok untuk Meminta Hujan
Bahaya panas
Dunia yang menghangat berarti akan ada kerusakan ekstrem dan cuaca berbahaya seperti gelombang panas, kebakaran, kekeringan, banjir dan badai ganas.
Pada 2018, ada lebih 70 badai tropis di Belahan Bumi Utara. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya yang hanya berjumlah 53. Badai kuat dan merusak ini diketahui membawa kehancuran di Kepulauan Mariana, Filipina, Vietnam, Korea, dan Tonga.
Baca Juga: Suhu Mencapai 48°C, India Hadapi Panas Ekstrem yang Membahayakan Nyawa
Gelombang panas 2018 juga menurunkan produktivitas manusia secara signifikan. Sebab, orang-orang harus berada di rumah selama beberapa hari karena terlalu berisiko jika beraktivitas di luar ruangan. Sebanyak 153 jam kerja musnah akibat gelombang panas tahun ini.
La Nina, kebalikan dari El Nino, membentuk siklus alam yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga tiga tahun. Ketika itu terjadi, pola cuaca di seluruh duni akan terpengaruh.
Baca Juga: Suhu Panas Memengaruhi Kesuburan Hewan, Bagaimana dengan Manusia?
Menimbulkan berbagai dampak pada hasil panen, kelaparan, risiko kebakaran, pemutihan karang, dan cuaca ekstrem.
Peneliti mengatakan, dampak dari El Nino maupun La Nina saat ini, lebih parah dari 20 tahun sebelumnya akibat suhu yang menghangat.
Ketika El Nino membawa hujan dan suhu yang lebih dingin di selatan AS, itu akan membawa panas dan kekeringan di Australia, serta musim salju yang kering di tenggara Afrika dan utara Brasil.
Baca Juga: Pada Hari Pertama Musim Panas, di Wilayah Ini Justru Turun Salju
Menurut Stevenson, peristiwa El Nino akan menyebabkan kondisi dingin dan basah di AS, berisiko banjir. Sementara itu, La Nina akan meningkatkan bahaya kebakaran dan kekeringan.
Meski dampak peristiwa El Nino dan La Nina diperkuat oleh suhu yang lebih hangat, tapi belum diketahui apakah perubahan iklim juga akan memengaruhi kejadian di masa depan.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR