4. Tuai Pujian Kritikus Sastra di Mancanegara
Sejak kemunculannya, novel itu langsung merebut perhatian pembaca. Novel itu tidak saja dibaca dan dibicarakan di Indonesia, tetapi juga telah merebut perhatian di luar negeri. Bahkan novel itu telah dibicarakan di forum internasional dan berbagai meia massa, misalnya dalam Volksrant yang terbit di Nederland.
Di London novel itu dibicarakan dalam majalah South (The Third World Magazine). Majalah Eastern Economic Review telah memuat resensinya dan Nederland Rotterdamse Courant di Rotterdam telah memuji kehebatannya.
Baca Juga: Bukan Perokok Tapi Terkena Kanker Paru? Tiga Faktor Ini Penyebabnya
Novel itu juga menuai pujian dalam Time, New York Times, USA Today, The Los Angeles Times, dan The San Fransisco Chronicie di Amerika. Sementara itu, di negeri sendiri, larangan pemerintah Indonesia terhadap novel itu malah menyebabkannya bertambah laris.
5. Indonesia Tidak Hadir dalam Bumi Manusia
Penulis Hera Khaerani membuat pemaparan tentang buku yang mengulas Bumi Manusia. Ia menuliskan begini, "banyak pula yang sudah membaca karyanya, tapi gagal memahami pesan terselubung yang ingin disampaikan sang penulis. Hal inilah yang ingin disoroti Max Lane dalam bukunya, Indonesia tidak Hadir di Bumi Manusia."
Baca Juga: Apakah Menerima Terlalu Banyak Informasi Bagus Buat Psikologis Kita?
Pesan terselubung Pram diyakininya harus disadari masyarakat dalam menghadapi masa depan Indonesia. Penulis dan kritikus asal Australia itu menawarkan hasil analisisnya lewat esai dan artikel yang dikumpulkan dalam buku tersebut.
Sesuai dengan judul bukunya, Max mengajak masyarakat untuk turut merenungi mengapa dalam tetralogi Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca, Pram tidak pernah sekali pun menulis kata Indonesia di dalamnya.
Bagi Max, absennya ‘Indonesia’ di Bumi Manusia justru menjadi gagasan fundamental yang menunjukkan kegeniusan seorang Pramoedya Ananta Toer sekaligus menjadi pembelajaran berharga bagi rakyat Indonesia saat ini untuk memahami apa itu Indonesia. Pramoedya bagi Max Lane hendak menegaskan soal kebaruan Indonesia. (Ulasan lengkapnya bisa didapat di sini)
Baca Juga: Berkat Kekeringan, Istana Berusia 3.500 Tahun Peninggalan Kekaisaran Kuno di Irak Terungkap
Penulis | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR