Nationalgeographic.co.id – Dua bangkai kapal selam peninggalan Perang Dunia II yang berada di Malaysia, menghilang secara misterius.
Kapal yang jarang tersentuh selama hampir 80 tahun itu, tiba-tiba menghilang akhir pekan lalu. Yang tersisa hanyalah kepingan-kepingan dan jejaknya di atas pasir.
Kapal perang tersebut merupakan milik Belanda dan tenggelam saat melakukan misi di Laut Cina Selatan. Ia berlayar tepat ke ranjau Jepang sehingga menewaskan hampir semua awak kapal.
Setelahnya, bangkai kapal selam bernama K XVII dan O 16 tersebut dibiarkan terkubur di lautan hingga akhirnya menghilang belum lama ini.
Baca Juga: Ingin Cari Batu Permata, Penambang Ini Justru Temukan Fosil Monster Laut
Para peneliti menduga, bangkai kapal kemungkinan diambil oleh para penjarah. Meskipun tampaknya tidak berharga, tapi menjarah kapal-kapal peninggalan Perang Dunia II merupakan bisnis besar dan menguntungkan.
Laporan spesial yang dipublikasikan The Guardian pada 2017 mengungkapkan bahwa “baja berkualitas buruk saja bisa dihargai 1,249.575 dollar AS per kapal”.
Belum lagi jenis logam berharga lain yang tersedia dari bangkai kapal, termasuk kabel tembaga dan baling-baling dari fosfor.
Diketahui bahwa dasar laut di sekitar Indonesia, Malaysia, dan Singapura, dipenuhi oleh lebih dari 100 bangkai kapal peninggalan Perang Dunia II. Ini membuat mereka menjadi sasaran penjarah yang berharap mendapat uang cepat dari kapal yang sudah lama terlupakan.
Baca Juga: Berkat Kekeringan, Istana Berusia 3.500 Tahun Peninggalan Kekaisaran Kuno di Irak Terungkap
Sayangnya, mereka tidak tertarik pada sisa-sisa tubuh yang ada di kapal. Laporan menyatakan bahwa pelaut yang tewas di kapal perang Inggris dan Belanda, dibuang begitu saja ke kuburan massal tanpa nama.
Para penjarah dilaporkan kerap menemukan tengkorak, tulang rahang, kaki, tulang rusuk, tangan dan pinggul di antara material kapal-kapal yang hancur.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Source | : | New York Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR