Nationalgeographic.co.id - Pemberitaan “heboh” muncul setelah tiga pelajar dari SMA tersebut menang lomba dan meraih medali emas untuk obat kanker dari alam di World Invention Creativity Olympic (Olimpiade Kreativitas Penemuan Dunia) di Seoul, Korea Selatan akhir Juli lalu.
Mereka berhasil mendapatkan penghargaan tersebut setelah mempresentasikan riset tentang efek akar kayu bajakah terhadap kanker pada mencit (jenis tikus kecil putih).
Ada dampak sosial dari pemberitaan ini. Kini akar kayu bajakah diburu masyarakat. Serpihannya dihargai Rp 300 ribu per kilogram dan kayunya dijual Rp2 juta per potong.
Baca Juga: Vape Berkaitan dengan Penyakit Paru-paru Misterius yang Membingungkan Dokter
Sebagian masyarakat langsung meyakini bahwa hasil riset siswa SMA tersebut dapat dijadikan dasar pengobatan dengan akar kayu bajakah. Apalagi setelah ada testimoni dari “pasien kanker” yang mengklaim sembuh setelah minum rebusan akar kayu ini. Pemerintah daerah mengklaim kepemilikan bajakah sebagai aset daerah dan akan mematenkan kayu berkhasiat ini.
Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat penuh harap bahwa kayu bajakah ini bisa menjadi solusi dalam pengobatan kanker, sebuah penyakit yang sampai saat ini pengobatannya mahal dan tingkat keberhasilannya kecil.
Kita perlu berhati-hati dan kritis dalam menyikapi hasil riset dasar terkait medis dan yang punya pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat. Apalagi terhadap suatu riset yang akan memiliki potensi dampak terhadap suatu penyakit kanker yang prevalensinya di negeri ini mencapai 1,79 per 1.000 penduduk.
Penelitian siswa SMA 2 Palangkaraya ini disampaikan di sebuah ajang perlombaan hasil-hasil penelitian dan inovasi bagi siswa SMA dan mahasiswa. Pada tahap ini kita harus berbangga bahwa siswa-siswa kita pada level mereka mampu menunjukkan kemampuan dan kreativitasnya, yang bahkan mendapat pengakuan skala internasional.
Forum World Invention Creativity Olympic yang ditujukan untuk pelajar adalah tempat mempresentasikan dan memberikan penghargaan pada temuan dan hasil-hasil penelitian tahap awal.
Penelitian pada kayu bajakah tersebut merupakan penelitian yang sangat dasar. Mereka menguji coba pada dua ekor mencit yang telah distimulasi untuk terjadi kanker. Setelah muncul benjolan-benjolan yang disebut sebagai kanker, mencit diberi air rebusan bawang Dayak dan air rebusan bajakah selama lima puluh hari dan dibandingkan efek dari kedua jenis air tersebut.
Hasilnya, menurut riset siswa ini mencit yang diberi air bawang Dayak mati, sedangkan mencit yang diberi air bajakah malah sehat, bahkan bisa berkembang biak. Lalu disimpulkan bahwa kayu bajakah mengandung zat anti-kanker.
Metode dan hasil penelitian ini sangat baik untuk tingkat SMA. Namun secara ilmiah, dalam tingkat dasar pun riset ini belum memenuhi syarat untuk dapat disimpulkan bahwa bajakah mempunyai efek pada sel kanker. Apalagi untuk dapat direkomendasikan sebagai obat yang terukur, perjalanannya masih jauh.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR