Setidaknya ada dua patokan riset medis yang ditetapkan memenuhi syarat:
Pertama, jumlah sampel, hanya dua ekor mencit, untuk sebuah riset pada hewan uji-coba jelas tidak memenuhi syarat.
Berdasarkan perhitungan sampel tersebut, jumlah sampel minimal atau pengulangan pada masing-masing kelompok yang dibutuhkan untuk penelitian pada hewan coba ditentukan berdasarkan jumlah kelompok uji. Jika hanya ada dua kelompok uji, seperti penelitian siswa SMA tersebut yang membandingkan antara efek Bajakah dan bawang Dayak sampel minimal adalah 32 ekor hewan coba, dengan masing-masing kelompok 16 ekor.
Jumlah sampel minimal hewan coba pada masing-masing kelompok akan berkurang, jika kelompok yang dibandingkan juga lebih banyak. Misalnya, sampel minimal dibutuhkan 24 ekor hewan coba dengan tiap kelompoknya 8 ekor jika dilakukan pada tiga kelompok percobaan, dan 25 ekor dengan tiap kelompoknya 5 ekor jika dilakukan pada lima kelompok percobaan.
Sebuah penelitian pada tikus putih untuk melihat efek biji melinjo terhadap hiperkolesterol pada lima kelompok percobaan, dilakukan pada 25 ekor hewan coba dengan masing-masingnya 5 ekor. Penelitian lain untuk melihat efek kunyit dan madu terhadap penyakit tukak lambung yang dibagi menjadi lima variasi dosis, dilakukan pada 30 ekor mencit dengan 6 ekor pada tiap kelompok.
Kedua, benjolan-benjolan yang tumbuh di mencit itu harus dibuktikan dengan pemeriksaan lengkap untuk menegakkan diagnosis sebuah kanker. Dalam penelitian pelajar tersebut, benjolan pada tikus tidak dibuktikan apa memang benar perubahan fisik itu merupakan sel kanker.
Pembuktian apakah benjolan tersebut kanker, perlu melalui pemeriksaan patologi anatomi (histopatologi) minimal dengan biopsi, sehingga diketahui pula jenis sel kankernya.
Suatu bahan/zat dapat direkomendasikan sebagai bahan pengobatan perlu beberapa tahapan penelitian yang mendapatkan hasil yang bermakna. Tahapan tersebut mulai dari penelitian dasar, termasuk penelitian pada hewan coba bahan alam langsung, ekstraksi zat kandungan bahan alamnya, uji efektivitas zat yang terkandung pada hewan coba.
Tahap selanjutnya, zat itu harus diuji klinis atau uji obat pada manusia, yang terdiri dari empat tahap. Uji klinis mencakup tiga tahapan utama, yaitu uji keamanan obat, uji coba efektivitas pada manusia dan mencari dosis yang sesuai, uji efektivitas dan membandingkan dengan pengobatan yang sudah ada.
Lalu, zat itu juga mesti dilakukan uji klinis tahap keempat, untuk memastikan keamanan dan efektivitas obat pada populasi yang luas setelah produksi dan dipasarkan.
Menjadikan kayu bajakah sebagai obat utama, terutama untuk kanker yang sudah didiagnosis oleh dokter pada stadium lanjut sangat tidak disarankan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR