Ia mengaku bahwa gejala, perubahan elektrokardiogram dan tes darah orang-orang yang mengalami sindrom patah hati memang mirip dengan pasien serangan jantung.
“Pasien dengan sindrom patah hati juga memiliki kelainan fungsi otot jantung. Kerusakan otot jantung akan pulih dalam beberapa minggu atau bulan. Namun, jika tidak beruntung, mereka risiko sakit jantung dan stroke menjadi lebih tinggi,” papar Reynolds.
Bagaimana mengatasi sindrom patah hati?
Lalu, bagaimana cara menangani sindrom patah hati? Jeanine Romanelli, ahli jantung di Lankenau Medical Center mentakan bahwa dokter harus mengesampingkan penyebab potensi lainnya, seperti riwayat sakit jantung dan penyumbatan darah sebelum mendiagnosis dan menangani sindrom patah hati.
“Kami menggunakan pendekatan yang sama dengan perawatan gagal jantung. Yaitu menggunakan pengencer darah, inhibitor ACE dan beta blocker. Dan karena 10% pasien sindrom patah hati kemungkinan mengalami episode serangan kedua, maka penting untuk selalu mengawasi mereka menggunakan ultrasound,” paparnya.
Baca Juga: Bahaya Self Diagnosis Gangguan Mental Pascamenonton Film Joker
Romanelli juga menyarankan Anda untuk memikirkan aktivitas yang membantu Anda melupakan masa lalu.
“Strategi pemulihan seperti minum alkohol atau makan banyak justru membahayakan jantung Anda. Jadi, sebaiknya beralih ke cara-cara yang membantu meringankan stres. Misalnya, meditasi, yoga, atau membaca buku,” jelas Romanelli.
Selain itu, meskipun ini terlihat umum, namun penting untuk mengingatkan diri sendiri bahwa rasa sakit ini akan berakhir. Jika tidak bisa menanggungnya sendiri, ceritakan kegelisahan Anda kepada teman atau psikiater.
Source | : | Huffington Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR