Nationalgeographic.co.id - Warna pasir di pantai Tanjung, kepulauan Natuna, begitu putih. Partikel pasir pantai yang berat terhempas dan jatuh kembali karena hentakkan orang-orang yang berlarian. Sore itu, beberapa wisatawan sedang asik foto bersama di pantai Tanjung dengan latar belakang gunung Ranai yang megah. Di pantai Tanjung, saya berencana menemui seseorang untuk berbagai cerita.
Sambil merasakan angin laut yang meniup-niup pelan, saya berbincang dengan Arief Noan yang sering menggunakan akses internet untuk kebutuhan sehari-hari. Panggilan akrabnya Naen, dia berusia 30 tahun. Naen merupakan seroang penggiat wisata kepulauan Natuna. Dia juga menyediakan jasa layanan pemandu wisata dan memasarakannya lewat media sosial.
Saya menanyakan kepadanya perihal manfaat keberadaan akses internet cepat di sini. Naen menceritakan pengalamannya, bagaimana keadaan kepulauan Natuna sebelum ada pembangunan Palapa Ring Barat. “Sebelum ada Palapa Ring Barat, masyarakat kepulauan Natuna sering berbondong-bondong ke pantai untuk mendapatkan sinyal,” terang Naen. “Karena di daerah pemukiman, kami tidak mendapat sinyal internet sama sekali.”
Baca Juga: Warga Sangihe dan Tol Langit
Naen menambahkan, dia dan kawannya bahkan sampai memasukkan modem Bolt ke dalam toples, lalu menggantung toples tersebut di pohon setinggi 4 meter agar mereka dapat sinyal. Modem tersebut dimasukkan ke dalam toples untuk melindungi modem di saat hujan. Bila baterai modem habis, mereka harus menurunkannya, mengisi daya baterainya, lalu menggantungnya lagi di pohon. Begitu pada akhir 2018 proses konstruksi Palapa Ring selesai, Naen dan kawannya tak perlu lagi melakukan hal tersebut.
Proses pengerjaan Palapa Ring Barat (PRB) sudah dimulai sejak 2017. Pembangunan dan pengaktifannya sebagai pengganti satelit cukup memakan waktu dan baru selesai pada akhir 2018. Begitu konstruksi Palapa Ring selesai, Kementerian Komunikasi dan Informasi mulai memasang penyedia akses internet di sekolah-sekolah secara gratis. Mulai saat itu hingga kini Palapa Ring terus beroperasi dan turut bekerjasama dengan Telkom, XL, juga Smartfren. Baru pada Maret 2019, diadakan konferensi peresmian Palapa Ring Barat oleh Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara di Natuna.
Pemasangan jaringan telekomunikasi dilakukan melalui kabel laut bertujuan untuk menghubungkan seluruh kabupaten/kota di kepualauan Riau. Palapa Ring Barat di Natuna akan menghubungkan jaringan ke sisi Timur yaitu kota Singkawang, juga ke sebelah barat yaitu kelurahan Tarempa. Dari wilayah Tarempa diteruskan lagi ke Batam, Dumai, hingga ke bagian selatan provinsi Riau.
Palapa Ring juga dibangun dengan tujuan menekankan akselerasi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi harus lebih menjangkau dan meningkatkan akses informasi bagi masyarakat Indonesia. Palapa Ring menyediakan jaringan telekomunikasi yang bisa digunakan untuk menunjang masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, juga ketahanan nasional. Masyarakat berharap Palapa Ring dapat melahirkan lapangan kerja baru dan membangkitkan perekonomian rakyat.
Setelah dibangunnya Palapa Ring di kepulauan Natuna dan internet dapat diakses dengan lebih mudah, mulai ada masyarakat yang mencoba melakukan jual beli secara daring; lewat media sosial Facebook. Sejauh ini masyarakat belum ada upaya melakukan jual beli lewat aplikasi startup ataupun aplikasi ojek secara daring, namun keadaan di mana Palapa Ring memajukan kepulauan Natuna sudah membuatnya lebih baik dari sebelumnya. Kini mulai lahir lapangan kerja baru, yaitu jasa layanan ekspedisi. Ada juga jasa layanan di bidang kreatif seperti jasa foto studio yang saat ini mulai dirintis.
Saya sempat mencoba mengakses internet di area wifi gratis yang dioperasikan oleh Palapa Ring Barat. Ternyata kecepatan internet di sini cukup bagus. Saya pun bertemu dengan pengguna wifi gratis, namanya Arie Ade Putra, dia berusia 35 tahun. Saat itu saya dengannya berkenalan dan berbincang sedikit dengan kecepatan internet gratis yang disediakan oleh wifi Palapa Ring Barat. Saya menanyakan kepada Arie, biasa menggunakan internet untuk apa?
Arie ternyata adalah seorang pengolah foto. Dia biasa menggunakan internet untuk men-download file dari klien untuk diolah. Begitu foto yang dia download sudah selesai diolah, Arie mengirimkannya lagi kepada klien untuk mendapat bayaran. “Kalau tidak ada internet, saya tidak bisa kerja,” ujarnya. Arie juga sedikit bercerita ketika sebelum Palapa Ring dibangun, kecepatan internet di kepulauan Natuna hanya sampai 3G.
Arie biasa men-download file foto mentah bertipe RAW dari klien seukuran 23 GB bahkan pernah sampai 100 GB. Dengan adanya internet sepeti sekarang ini, proses download bisa jadi memekan waktu cukup 6 jam. Sebelum ada Palapa Ring Barat, download file foto sebesar itu bisa-bisa memeakan waktu 3 hari. Selain bekerja mengolah foto, Arie juga sedang membuka bisnis foto pernikahan dan membangun studio foto. Pembangunan tersebut sudah sampai 60 persen. Arie berencana membangun rumah untuk tinggal bersama keluarga sekaligus studio foto dalam satu gedung. Internet cepat kini merupakan kebutuhan untuk menunjang pekerjaannya. Arie berharap jangkauan unternet dapat meluas hingga ke daerah-daerah terpencil.
Baca Juga: Internet Cepat di Kepulauan Natuna Berhasil Melahirkan Lapangan Kerja Baru
Kepulauan Natuna terdiri dari beberapa pulau yang jaraknya berjauhan. Untuk memperluas jaringan hingga ke pulau-pulau tersebut tentu tidak mudah. Belum lagi tanggung jawab untuk memberikan edukasi dengan memberikan layanan yang banyak orang bilang internet adalah “pedang bermata dua” yang perlu pandai-pandai untuk menggunakannya. “Kami akan melakukan edukasi,” kata Dodi, “tapi kami perlu waktu yang cukup banyak. Saya berharap kepulauan Natuna mulai maju di bidang komunikasi dan informasi.”
“Walaupun kami berada di paling Barat—ada juga yang bilang paling Utara—kami ingin daerah kami tidak tertinggal. Kami masyarakat kepulauan Natuna bersyukur dengan adanya Palapa Ring ini,” ucap Dodi.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR