Nationalgeographic.co.id - Baru-baru ini ilmuwan menemukan kesamaan unik antara gorila dan manusia dalam interaksi sosial di antara kelompoknya.
Seperti diketahui, primata ini hidup dalam kelompok yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk memilih teman. Akan tetapi, ternyata dalam penelitian baru menunjukkan cara gorila memaksimalkan hubungan dekat.
Dikutip dari Science Alert, Senin (3/8/2020), perilaku ini menurut ilmuwan sangat mirip dengan manusia, di mana hubungan antara ukuran otak dan ukuran kelompok telah menyebabkan gagasan tentang bagaimana manusia dapat mempertahankan sekitar 150 persahabatan yang stabil. Teori ini dikenal sebagai angka Dunbar yang diungkapkan ahli psikologis evolusi Inggris, Robin Dunbar.
Kendati demikian, hanya karena suatu kelompok menjadi lebih besar, bukan berarti hubungan di dalamnya menjadi lebih kuat.
Baca Juga: Perkembangan Vaksin COVID-19, Ada 6 Jenis Desain yang Digunakan
Jika dilihat pada campuran ukuran otak dan waktu yang tersedia setiap hari untuk mempertahankan ikatan sosial yang erat, primata non-manusia diperkirakan hanya mempertahankan sekitar 50 persahabatan yang stabil.
Namun, studi pada gorila Rwanda menunjukkan bahwa di luar kelompok tipikal 12 hingga 20 individu, kehidupan sosial tidak menjadi lebih kompleks.
Sementara, para ilmuwan tidak yakin mengapa pola ini muncul. Mereka berpikir itu kemungkinan ada hubungannya dengan waktu dan upaya yang diperlukan bagi primata untuk mempertahankan lingkaran sosial yang kuat.
"Penelitian kami menunjukkan keragaman sosial lebih rendah pada kelompok yang sangat besar di mana gorila harus mempertahankan jumlah hubungan yang lebih besar," kata antropolog Robin Morrison dari Fossey Fund and the University of Exeter di Inggris.
Sering diasumsikan bahwa semakin besar populasi, semakin beragam kehidupan sosial hewan. Bahkan, menurut hipotesis otak sosial Dunbar, inilah mengapa otak primata begitu besar.
Secara historis, dibutuhkan lebih banyak kekuatan mental untuk mengembangkan dan mempertahankan lingkaran sosial yang berkembang.
Dengan menggambar selusin tahun data dari 13 kelompok gorila di Rwanda, termasuk lebih dari 150 individu, para peneliti melacak berapa banyak waktu yang dihabiskan gorila ini untuk bergerak, makan, dan bersarang.
"Di banyak primata, interaksi sosial dapat diukur dengan berapa banyak waktu yang dihabiskan individu untuk saling merawat," jelas Morrison.
Namun, gorila menghabiskan lebih sedikit waktu untuk merawat daripada kebanyakan primata lainnya. Sebaliknya, banyak masyarakat gorila adalah tentang siapa yang individu pilih untuk duduk di sebelahnya, dan siapa yang mereka hindari.
Singkatnya, para ilmuwan menjelaskan bahwa kompleksitas sosial yang diukur pada tingkat kelompok mungkin tidak mewakili kompleksitas sosial yang dialami oleh individu dalam kelompok-kelompok itu.
Serupa dengan manusia, ini menunjukkan bahwa gorila memiliki sejumlah teman dekat yang dapat mereka pertahankan. Terlebih lagi, sama seperti manusia, beberapa gorila lebih baik dalam bersosialisasi daripada yang lain.
"Beberapa gorila memiliki keragaman hubungan sosial yang lebih besar daripada yang lain," kata ahli biologi Lauren Brent yang mempelajari evolusi dari sosialitas di University of Exeter.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B ini menambah bukti yang menunjukkan apakah manusia, gorila atau hewan sosial lainnya memiliki interaksi sosial dengan cara yang sama.
Baca Juga: Selain Satwa Liar, Parasit Juga Terancam Punah dan Perlu Dilindungi
Ilmuwan menyimpulkan studi ini hanya mengandalkan ukuran kelompok sebagai ukuran kompleksitas sosial yang mungkin terbatas. Terutama ketika digunakan dalam memahami tuntutan kognitif yang dialami individu.
Namun, sebaliknya, ini juga menyiratkan bahwa keragaman hubungan sosial saja mungkin tidak sepenuhnya menggambarkan kompleksitas sosial.
Tara Stoinski, Presiden dan CEO Dian Fossey Gorilla Fund mengatakan pemantauan jangka panjang dan perlindungan gorila gunung yang terancam punah sangat penting.
"Tidak hanya untuk konservasi mereka (gorila) tetapi juga untuk apa yang dapat kita pelajari dari spesies yang cerdas dan sangat sosial ini tentang bagaimana perilaku sosial yang kompleks, seperti perilaku kita (manusia), telah berevolusi," kata Stoinski.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ilmuwan Temukan Kesamaan Persahabatan Gorila dan Manusia dalam Bersosialisasi". Penulis: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR