"Jika itu masalahnya, periode perubahan lingkungan mungkin menjadi faktor risiko utama perkembangan rabun jauh, dengan anak-anak yang lebih kecil lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan daripada anak-anak yang lebih tua," tulis mereka.
“Anak-anak berusia enam hingga delapan tahun mungkin mengalami periode penting dalam perkembangan rabun jauh.”
Mereka menyimpulkan, bagaimanapun hasilnya sangat menunjukkan bahwa kegiatan dalam ruangan selama pagebluk, bagi penglihatan anak-anak sangat berpengaruh.
Temuan lainnya dalam laporan mereka, anak perempuan memiliki perkembangan rabun jauh yang lebih dini. Menurut mereka, ini disebabkan mata anak perempuan memiliki kornea dan kekuatan lensa yang lebih curam, ruang anterior yang lebih dangkal, serta rentang aksial yang lebih pendek daripada anak laki-laki.
Baca Juga: Langkah Panjang Vaksinasi Demi Hadapi Pagebluk di Hindia Belanda
“Alasannya tidak sepenuhnya dipahami. Dipercayai bahwa perbedaan jenis kelamin pada awal masa remaja mungkin terkait dengan berbagai usia dan masa awal pubertas,” tulis mereka.
Penelitian ini bukan berarti harus membuka sekolah agar mengurangi kejadian ini selama masa pagebluk. Para ilmuwan lainnya dari sejumlah kalangan menyarankan, berbagai solusi alternatif untuk mengurangi perkembangan rabun jauh pada anak.
Orang tua harus memiliki peraturan jelas agar anak-anak tak menghabiskan waktu lama dengan perangkat digitalnya. WHO, misalnya, menyarankan agar anak-anak di bawah usia lima tahun menggunakan perangkat digitalnya maksimal satu jam per hari.
Atau saran dari American Academy of Ophthalogy, bahwa pendidik dapat membuat materi pembalajaran yang ramah bagi kesehatan mata. Mereka menyarankan agar dalam pembelajaran dapat memberi jeda istirahat 20 detik per 20 menit berkegiatan, memakai pengatur waktu untuk anak-anak beristirahat, dan menjauhkan gawai sekitar setengah meter dari wajah.
Source | : | WHO,aao.org,JAMA Network |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR