Petak-petak tanah yang terus menerus membeku, mencair, dan membeku kembali diketahui menimbulkan desain melingkar atau bergaris aneh yang disebut tanah berpola. Fenomena itu pernah dilaporkan oleh para ilmuwan geofisika dari University of California dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Januari 2003 di jurnal Science. Efek garis-garis aneh terjadi ketika tanah dan batu secara alami menyortir diri selama siklus pembekuan-pencairan.
Namun, contoh tanah berpola lainnya --misalnya lingkaran batu di Svalbard, Norwegia-- cenderung lebih kecil skalanya daripada garis yang terlihat di Siberia itu.
Baca Juga: Saat Pulau Run di Maluku Ditukar dengan Manhattan di Amerika
Penjelasan lain yang mungkin adalah terakit erosi. Thomas Crafford, ahli geologi dari US Geological Survey, mengatakan kepada NASA bahwa garis-garis itu menyerupai pola di batuan sedimen yang dikenal sebagai geologi kue lapis.
Pola-pola ini terjadi ketika salju meleleh atau hujan menetes ke bawah bukit, memotong dan membuang potongan batuan sedimen menjadi tumpukan. Proses tersebut dapat membentuk lempengan sedimen yang terlihat seperti irisan kue lapis, kata Crafford, dengan garis-garis yang lebih gelap mewakili area yang lebih curam dan garis-garis yang lebih terang menunjukkan area yang lebih datar.
Sesuai dengan gambar di atas, lapisan sedimen semacam ini akan lebih menonjol di musim dingin, saat salju putih berada di area yang lebih datar, membuatnya tampak lebih terang. Polanya memudar saat mendekati sungai, di mana sedimen berkumpul menjadi tumpukan yang lebih seragam di sepanjang tepian setelah jutaan tahun erosi, tambah Crafford.
Penjelasan ini sepertinya cocok sekali, menurut NASA. Tetapi sampai wilayah itu dapat dipelajari lebih dekat, itu akan tetap menjadi salah satu misteri yang ada di Siberia.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR