Untuk menjaga inti reaktor yang tersisa agar tidak mencair, para petugas dari Tokyo Electric Power Company (TEPCO) telah memompa hampir 200 ton (180 metrik ton) air pendingin melalui situs tersebut setiap hari, menurut The New York Times. Air limbah yang terkontaminasi itu kini disimpan di lebih dari 1.000 tangki besar di lokasi tersebut.
Air limbah di tangki-tangki itu secara otomatis disaring untuk menghilangkan sebagian besar bahan radioaktif, kecuali tritium. Yang mengkhawatirkan, tritium adalah isotop radioaktif hidrogen yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia bila dalam jumlah besar, menurut lembaga nirlaba Health Physics Society.
Baca Juga: Begitu Dahsyat Ledakan Beirut Lebanon sampai Atmosfer Bumi Terguncang
Sekarang, 10 tahun setelah bencana, Live Science melansir, TEPCO telah kehabisan ruangan untuk menyimpan air limbah. Rencana pembuangan yang telah disetujui dalam rapat kabinet pemerintah Jepang pada hari Selasa, akan melibatkan proses pengaliran air limbah secara bertahap ke Samudra Pasifik, kemungkinan besar selama beberapa dekade.
Pembangkit nuklir di seluruh dunia secara rutin membuang air yang mengandung sejumlah kecil tritium ke laut, menurut Times. Juru bicara dari Departemen Luar Negeri AS menyebut rencana tersebut "sesuai dengan standar keselamatan nuklir yang diterima secara global."
Source | : | The New York Times,NPR,Live Science,Times |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR