Namun, sebelum melakukan ekstraksi ini, laba-laba dalam jumlah banyak tentunya harus ditangkap terlebih dulu. Laba-laba yang digunakan oleh Peers dan Godley untuk membuat kain mereka dikenal sebagai laba-laba jaring bola emas berkaki merah (Nephila inaurata), yang merupakan spesies asli Afrika Timur dan Tenggara, serta beberapa pulau di Samudra Hindia bagian barat, termasuk Madagaskar.
Hanya betina dari spesies ini yang menghasilkan sutra, yang mereka ikat untuk diambil jaringnya. Jaring laba-laba ini tampak bercahaya di bawah sinar matahari. Menurut penelitian sifat bercahaya dari jaring laba-laba ini dimaksudkan untuk menarik mangsa, atau berfungsi sebagai kamuflase.
Baca Juga: Video: Mengenal 300 Jenis Motif Tenun Kain Songket Pandai Sikek
Untuk Peers dan Godley, sebanyak satu juta laba-laba jaring bola emas berkaki merah betina ini harus ditangkap untuk mendapatkan sutra yang cukup untuk selendang atau jubah mereka. Untungnya, ini adalah spesies laba-laba yang umum dan melimpah di pulau-pulau itu.
Laba-laba dikembalikan ke alam liar setelah sutra habis. Namun, setelah seminggu, laba-laba dapat menghasilkan sutra sekali lagi. Laba-laba ini hanya menghasilkan sutera pada musim hujan, sehingga hanya ditangkap pada bulan Oktober hingga Juni.
Setelah empat tahun berakhir, selendang atau jubah berwarna keemasan ini akhirnya berhasil diproduksi. Kain ini kemudian dipamerkan pertama kali di American Museum of Natural History di New York dan kemudian di Victoria and Albert Museum di London. Karya ini membuktikan bahwa sutra atau jaring laba-laba memang dapat digunakan untuk membuat kain.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR