Di samping itu para peneliti memberikan hubungan antara senyum dan persepsi kejujuran di budaya-budaya yang berbeda. Temuannya, kendati orang tersenyum umumnya dipersepsikan lebih jujur ketimbang yang tidak tersenyum di hampir semua budaya, ada variabilitas budaya yang memengaruhi ukuran dan dampaknya. Semakin besar tingkat korupsi telah menurunkan kepercayaan terhadap orang yang tersenyum.
Apabila dikaji dalam konteks gender, perempuan yang tersenyum cenderung dipersepsikan lebih cerdas dan lebih jujur ketimbang perempuan yang tidak tersenyum.
Namun demikian, perempuan dan lelaki yang tersenyum telah dipersepsikan mempunyai tingkat kejujuran yang sama, perempuan yang tidak tersenyum masih dipersepsikan lebih jujur ketimbang lelaki yang tidak tersenyum.
Baca Juga: Mengapa Orang Zaman Dahulu Tidak Mau Tersenyum Ketika Difoto?
“Di banyak negara, banyak pelamar kerja yang menyertakan foto mereka dalam pose tersenyum,” kata Kuba Krys. “Saat senyum bisa dipersepsikan positif atau negatif, mungkin ini menjadi pengetahuan yang sangat penting untuk para pelamar kerja antarbangsa.”
Hera Lestari Mikarsa, Guru Besar Luar Biasa Bidang Psikologi di Universitas Indonesia, terlibat dalam penelitian Krys. Dia mengatakan “di Indonesia, dalam hal kejujuran, orang menilai individu yang tersenyum adalah cenderung tidak jujur.” Dia menyadari bahwa penilaian responden di Indonesia bisa jadi dipengaruhi keadaan sosial politik. “Mungkin mereka menilai tokoh-tokoh masyarakat dan anggota DPR yang senyum sini senyum sana, tetapi dinilai tidak jujur.”
Barangkali, masayarakat Indonesia menyadari bahwa senyuman belum tentu membuat seisi dunia berbahagia. Kebahagiaan itu tergantung, apakah senyuman itu tulus atau tidak tulus. Hera mengamati senyuman setiap pasangan calon gubernur DKI Jakarta dalam ajang Pilkada beberapa waktu silam. Hasilnya, “Saya kok melihat senyuman salah satu calon itu tidak tulus ya,” ujarnya, “senyuman itu palsu!”
Jangan buang senyum Anda di sembarang tempat karena senyum memiliki berjuta makna di tempat yang berbeda.
Source | : | Polish Academy of Sciences |
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR