Semua nyamuk hasil modifikasi Oxitec adalah berjenis kelamin jantan. Semua nyamuk ini telah direkayasa untuk membawa gen yang mematikan. Ketika nyamuk jantan yang telah dimodifikasi secara genetik itu kawin dengan nyamuk betina liar, gen yang mematikan tersebut diteruskan ke keturunannya.
Meskipun gen tersebut tidak memengaruhi kelangsungan hidup pejantan, gen tersebut mencegah keturunan betina membangun protein esensial dan dengan demikian menyebabkan anak-anak mereka mati sebelum mencapai kedewasaan.
Yang menarik, hanya nyamuk betina yang menggigit manusia. Adapun nyamuk pejantan secara eksklusif hanya meminum nektar. Jadi, nyamuk hasil modifikasi dan keturunan jantannya yang masih hidup tidak dapat menularkan penyakit kepada manusia.
Jumlah nyamuk A. aegypti di Florida Keys adalah sekitar empat persen dari total populasi semua jenis nyamuk di sana. Meski jumlahnya terkesan sedikit, spesies ini telah menyebabkan sebagian besar penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ke manusia di daerah tersebut, seperti dilaporkan oleh Nature.
Baca Juga: Masuk Musim Hujan, Nyamuk Wolbachia Jadi Andalan Tekan Kasus DBD
Dewan Distrik Pengendalian Nyamuk Florida Keys (FKMCD) biasanya menganggarkan 1 juta dolar AS per tahun untuk mengendalikan nyamuk A. aegypti tersebut. Upaya pengendalian nyamuk ini dilakukan dengan menggunakan tindakan-tindakan mahal seperti penyemprotan insektisida udara, menurut Gizmodo.
Melepaskan ratusan juta nyamuk hasil rekayasa genetika mungkin merupakan pilihan yang lebih murah dan lebih efektif, dewan tersebut menyimpulkan. Terutama, karena populasi nyamuk tersebut kini telah menjadi semakin kebal terhadap pestisida dari waktu ke waktu.
FKMCD pertama kali mendekati Oxitec pada tahun 2010. Setelah satu dekade penilaian peraturan dan penolakan lokal, baik dewan dan Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) akhirnya menyetujui rencana untuk melepaskan nyamuk hasil rekayasa genetika di Keys, menurut Nature.
Source | : | Gizmodo,Nature,Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR