Banteng yang digambarkan di tato itu mewakili spesies banteng liar raksasa, aurochs, yang sekarang sudah punah. Mereka sangat ditakui, dikagumi, dan sering dipuja di seluruh dunia.
Aurochs menjadi pelopor banyaknya legenda banteng besar di zaman purba – misalnya cerita Cretan Minotaur, Mesopotamian Bull of Heaven dan Anatolian. Pada kepercayaan Mesir Kuno, ada tiga dewa banteng yang menyimbolkan kesuburan dan perang.
Hewan lainnya di tato, makhluk seperti kambing itu diketahui sebagai domba Barbary. Mereka juga sering dikaitkan dengan kejantanan pria.
Di zaman purba, hewan ini dihubungkan dengan seksualitas maskulin. Dalam mitologi Yunani, mereka digambarkan sebagai Pan yang erotis, dewa alam liar. Di Mesir Kuno, kambing ini kadang-kadang dianggap sebagai kekuatan purba yang terkait dengan prokreasi. Dan tentu saja, ada tiga dewa domba di Mesir yang berkaitan dengan kesuburan dan penciptaan.
Setidaknya ada 14 mumi di museum-museum Mesir, Kanada dan Italia. Mereka akan diuji melalui teknologi inframerah untuk menemukan tato kuno lainnya. Hingga penemuan terbaru ini, tato tertua di British Museum diketahui berasal dari 2000 SM – 1200 tahun kemudian dari tato di lengan mumi pria tersebut.
Sama seperti di zaman modern, tato merupakan fenomena global yang nyata pada masa kuno. Penemuan tato pada mumi Mesir ini merupakan tambahan yang menarik bagi artistik dunia kuno.
Baca Juga: Kumpulan Temuan Arkeologi, Empat Makam Perempuan Terhormat Mesir Kuno
Mumi tersebut pertama kali ditemukan 100 tahun yang lalu pada sebuah pemakaman Mesir Kuno di Gebelein.
Menurut Daniel Antoine, pemimpin penelitian dan kurator British Museum, penggunaan metode ilmiah terbaru, termasuk CT scan, radiokarbon, dan pencitraan inframerah telah mengubah pemahaman kami mengenai mumi Gebelein.
“Baru sekarang kita mendapatkan pengetahuan baru tentang kehidupan individu-individu yang diawetkan ini. Luar biasa, di usia lebih dari lima ribu tahun, mereka mendorong kembali munculnya bukti tato,” katanya.
Baca Juga: Berapa Orang yang Diperlukan untuk Membangun Piramida Agung Giza?
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR