Robin Marantz pernah menulis Kunci Kesehatan Tubuh di Triliunan Mikrob yang terbit di majalah National Geographic Indonesia edisi Januari 2020. Di sana dikatakan bahwa mikrobioma berpengaruh pada bayi yang baru lahir.
Dari sampel 300 bayi, ada bakteri di dalam perut mereka dan memengaruhi karakter serta tempramen mereka. Bayi yang terlahir dengan normal dan caesar berbeda. Bayi yang normal akan bersentuhan dengan mikrobioma ibunya, menjadikanya lebih kuat.
Sedangkan bayi yang terlahir caesar kurang bersentuhan dengan mikrobioma ibunya, maka muncullah kasus seperti alergi dan lainnya.
"Mikrobioma mengikuti perjalanan kita dari lahir sampai menua," ucap Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia yang mempresentasikan tulisan Marantz.
Kita, menurut Didi, luput dengan hal-hal yang kecil. Bahwa mikrobioma membentuk siapa diri kita, ia membentuk sebuah proses dan membuat otak kita bereaksi. Organisme kecil ini berdampak atas tindakan kita.
"Sebagian besar mikrobioma ada di usus besar kita, lalu kemudian banyak proses yang dipengaruhi mikrobioma. Jadi memang ketika mereka memberikan sinyal kepada otak dan melihat ada ancaman ada alert system dari mikrobioma. Jika kita sudah kenyang, sakit, atau senang juga bagian dari mikrobioma," tutur Didi.
Baca Juga: Narasi Sepanjang Jalur Rempah, Perjalanan Upaya Demi Mencari Indonesia
Ingrid Suryanti Surono, Guru Besar bidang Teknologi Pangan Universitas Bina Nusantara, mengatakan bahwa istilah mikrobioma manusia dengan mikrobiota berbeda. Mikrobioma adalah kumpulan material genetik dari semua mikroba dan terkait dengan gen dan komposisi genetik.
Semua mikroba yang ada di dalam tubuh kita dan gen sendiri disebut mikroba manusia.
Lalu, apa itu mikrobiota? ia adalah keseluruhan populasi dan berada di lokasi tertentu, misalnya ada di tubuh manusia, hewan, tanaman, dan lainnya.
"Tubuh kita, kalau diibarat sebagai planet maka banyak sekali alien yang hidup. Ada lebih dari 100 triliun sel dan tubuh kita hanya 10 persen dari jumlah mikrobiota yang ada di tubuh kita. Jadi kita hanya 10 persen manusia, artinya sangat bergantung pada mahluk alien yang ada di tubuh kita," kata Ingrid. "Bagaimana kita mengatur untuk jadi sehat dan bahagia dan mengarah pada mikrobioma yang sehat?" Lanjutnya.
Baca Juga: Memahami Peran Mikrobioma dalam Kehidupan dan Tradisi Rempah Nusantara
Hutan Mikro Ala Jepang, Solusi Atasi Deforestasi yang Masih Saja Sulit Dibendung?
Source | : | Bincang Redaksi National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR