Keragaman hayati menyiratkan lebih dari sekadar jumlah spesies secara keseluruhan. Keragaman ekosistem, perilaku, dan proses juga penting, yang ikut berperan dalam kekayaan dan keindahan, kesuburan dan kelenturan, serta keterhubungan dengan komunitas makhluk hidup di Bumi. Hilangnya migrasi jarak jauh yang dilakukan oleh sejumlah spesies merupakan penyusutan yang memprihatinkan. Joel Berger menyampaikan hal ini dengan merujuk kepada spesies yang bermigrasi di seluruh dunia dan sesosok makhluk yang sangat berarti baginya: pronghorn (Antilocapra americana), spesies satwa berkuku satu-satunya yang ada di Amerika Utara.
Kecepatannya yang luar biasa (mamalia darat tercepat di seluruh benua Amerika), melebihi kebutuhannya untuk menghindari pemangsa Amerika Utara, mungkin mencerminkan adaptasi untuk menyelamatkan diri dari cheetah Amerika yang hidup di zaman Pleistosen, yang sekarang sudah punah. Namun, selain bergerak dengan cepat, pronghorn juga bergerak menempuh jarak jauh. Satu populasi bermigrasi ratusan kilometer melintasi Great Plains dari bagian utara-tengah Montana ke bagian selatan Saskatchewan dan Alberta. Populasi lain mengikuti rute sempit dari tempat merumput musim panas di Taman Nasional Grand Teton, menyeberangi daerah aliran sungai di hulu Sungai Gros Ventre, dan turun ke dataran di bagian selatan Pinedale, Wyoming, di Cekungan Sungai Green. Di situ pronghorn berbaur dengan ribuan pronghorn lainnya yang tiba dari bagian lain Wyoming; di situ mereka berupaya menjauhkan diri dari kepala sumur gas alam dan tim pengeboran, dan menunggu selama bulan-bulan musim dingin.
Pronghorn Grand Teton dikenal karena tidak menentunya jalur migrasi mereka dan beratnya hambatan di tiga titik kritis, yang dikenal sebagai Trappers Point, Red Hill, dan Funnel. Jika pronghorn tidak berhasil melewati ketiga rintangan ini saat melakukan migrasi musim semi, mereka tidak akan dapat mencapai padang rumput musim panas yang subur di Taman Nasional Grand Teton; jika mereka juga tidak berhasil melewatinya pada musim gugur, meninggalkan kawasan selatan menuju dataran yang diembus angin, besar kemungkinan mereka akan mati karena berusaha melewati musim dingin di daerah Jackson Hole atau terperangkap sampai mati di padang bersalju tebal di daerah aliran sungai.
Pada suatu hari yang cerah di bulan November, dengan ditemani seorang ahli biologi bernama Renee Seidler, saya melihat-lihat daerah yang penuh rintangan itu.
Seidler, terutama meneliti masalah habitat di ladang gas yang sedang marak antara Pinedale dan Rock Springs, kawasan yang dihuni oleh sekitar 20.000 pronghorn pada setiap musim dingin. Di bukit kecil di Trappers Point, kami menatap ke bawah ke pertumbuhan dan perdagangan modern di sepanjang Highway 191: sebaran komunitas kecil yang dikenal sebagai Cora Junction. Ada kira-kira 50 rumah, mobil trailer, dan bangunan lain. Kira-kira di sinilah, kata Seidler, sambil menunjuk ke celah semak tumbuhan antara bukit kecil dan perumahan, tempat yang sering dilewati oleh sebagian besar pronghorn.
!break!
Kami berkendara ke arah utara di jalan desa sejauh 30 kilometer, menyusuri dataran rendah di hulu Sungai Green yang ditumbuhi pohon dedalu, melacak rute migrasi. Pronghorn, yang mengandalkan pandangan jarak jauh dan kecepatan agar aman dari terkaman pemangsa, tidak menyukai dataran rendah berpohon dedalu, begitu Seidler menjelaskan. Mereka juga tidak menyukai hutan lebat, sehingga bergerak melintasi dataran tinggi terbuka antara sungai dan hutan, agar dapat melihat ke sekitarnya dan lari. Kemudian, kami tiba di sebuah tempat yang di kedua sisi sungainya terdapat bukit berhutan, berbentuk V tumpul, menghamparkan lorong berupa lahan terbuka yang lebarnya hanya 150 meter. "Itulah Funnel," kata Seidler. Funnel adalah lahan milik pribadi, yang dibelah oleh jalan kendaraan, dikelilingi pagar dari balok kayu silang-menyilang, dengan gerbang melengkung yang biasanya milik orang kaya yang punya dua atau tiga rumah, di hulu Sungai Green.
Jika masih ada lagi pagar halaman, masih ada lagi rumah, masih ada lagi satu atau dua ekor anjing yang menyalak, segalanya bisa jadi kacau. Sama seperti di Trappers Point, demikian pula di Funnel; kegiatan manusia yang semakin merambah luas semakin memperparah keadaan bagi pronghorn di Grand Teton—ancaman untuk semakin mempersempit jalan migrasi mereka.
Ilmuwan konservasi seperti Berger, bersama beberapa ahli biologi dan pengelola lahan di lingkungan National Park Service dan berbagai badan lainnya, sekarang berjuang untuk melestarikan perilaku migrasi ini, bukan hanya melestarikan spesies dan habitat. Bridger-Teton National Forest telah mengakui jalur migrasi pronghorn Grand Teton, yang sebagian besar melintasi lahan hutan nasional, sebagai koridor migrasi pertama yang dilindungi oleh pemerintah federal. Namun, baik Forest Service maupun Park Service tidak mampu mengendalikan hal-hal yang terjadi di lahan milik pribadi di ketiga kawasan yang sarat rintangan itu, maupun di kawasan Bureau of Land Management di dalam wilayah ladang pengeboran di sebelah selatan Pinedale. Dan dalam hal spesies tertentu lainnya yang bermigrasi, tantangannya semakin rumit—jarak migrasi yang jauh lebih panjang, lebih banyaknya wilayah yurisdiksi, lebih banyaknya perbatasan, dan lebih banyaknya bahaya di sepanjang jalan.
Andaikan, Anda seekor burung sandhill crane (Grus canadensis canadensis), yang mengawali migrasi musim semi dari barat daya Texas. Anda mungkin terbang melintasi sudut New Mexico dan Oklahoma, lalu Kansas, Nebraska, South Dakota, North Dakota (sebagian besar negara-negara bagian ini memperbolehkan perburuan burung sandhill), melintasi perbatasan Kanada menuju Saskatchewan, menyudut ke barat laut melintasi Alberta dan British Columbia, menyeberangi Yukon Territory, lalu lebarnya kawasan Alaska, dan akhirnya menyeberangi Selat Bering menuju lahan perkembangbiakan musim panas di timur laut Rusia. Ini perjalanan sejauh kira-kira 8.000 kilometer. Karena perlu beristirahat sejenak dan memulihkan diri, mungkin Anda berhenti di Sungai Platte di Nebraska. Jika begitu, Anda akan menemukan teman. Sekitar 500.000 ekor burung sandhill yang bermigrasi ke utara singgah di sini setiap tahun.
!break!
Di situ mereka singgah selama dua atau tiga pekan, mungkin juga empat pekan. Sebagian berangkat melanjutkan perjalanan tatkala kawanan lain tiba, sehingga rata-rata jumlah burung crane antara Maret dan April berkisar sekitar 300.000 ekor. Pada malam hari, mereka bertengger di bagian dangkal Sungai Platte yang airnya mengalir dengan tenang, setinggi tulang kering di dalam air yang sejuk, atau di beting berpasir, yang memberi mereka peringatan jika ada pemangsa yang mungkin menyembur keluar. Setiap pagi mereka terjaga dalam alunan air yang luas dan gemulai, lalu terbang ke padang di dekat situ, menghabiskan waktu dengan asyik menyantap bulir jagung yang luput dari terkaman mesin pemanen, serta cacing tanah dan satwa invertebrata lainnya. Selama masa singgah ini pun satwa yang bermigrasi tidak tergiur oleh godaan sebagaimana yang didefinisikan oleh Hugh Dingle; ini adalah bagian dari keseluruhan proses migrasi, yang terus diulangi secara turun temurun oleh burung sandhill crane. Selama masa singgah ini, berat badan burung lesser sandhill yang semula 2,75 kilogram bertambah dengan sekitar 0,7 kilogram lemak. Mereka membutuhkan lemak itu antara Nebraska dan Rusia. Karena itulah mereka memerlukan habitat persinggahan—sungai dangkal, beting, keamanan, jagung, dan satwa invertebrata—untuk menuntaskan daur tahunan mereka yang berat itu.
Saya berdiri memandang habitat itu, pada suatu pagi menjelang akhir Maret, dan mengamati kawanan burung sandhill crane yang secara bergelombang terbang meninggalkan sungai. Setiap kelompok terbang serampangan meninggalkan air, semakin lama semakin anggun tatkala sayap mereka menangkap lebih banyak udara, membentuk formasi, dan terbang menuju santapan harian mereka. Sementara itu, mereka saling memanggil dengan getaran berderit-derit yang khas. Kira-kira ada 60.000 ekor burung sandhill yang terlihat dari bidang pandang teropong saya. Ini adalah pemandangan kawanan burung yang jumlahnya luar biasa.
Saya juga pernah menyaksikan burung crane yang baru datang mendarat, pada suatu senja, ketika mereka tiba kembali menjelang senja dan bertengger di beting untuk bermalam. Namun, bagi saya, kawanan burung yang terbang meninggalkan sungai terasa jauh lebih mengesankan—karena, tampaknya, burung di saat fajar terbang dengan mengemban suatu tujuan, bukan sekadar pulang untuk beristirahat. Mereka bertujuan menggemukkan diri untuk menempuh sepenggal jarak yang panjang dalam perjalanan mereka, perjalanan yang membawa mereka ke lahan perkembangbiakan yang aman dan subur. Upaya mereka yang luar biasa, kegigihan mereka untuk tidak tergiur oleh godaan, menghasilkan generasi baru burung sandhill crane, meneruskan dan meremajakan spesiesnya. Saya hampir saja menuliskan "mengabadikan spesiesnya", namun tidak, kita tidak dapat yakin akan hal ini. Tidak ada makhluk hidup yang abadi.
Yang saya saksikan adalah kearifan dan keteguhan evolusi, yang terbang di atas Sungai Platte. Seandainya saja manusia memiliki kearifan dan keteguhan hati yang sama, menurut saya, mungkin kita bisa lebih lama membiarkan mereka terus melakukan perjalanan migrasi tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR