Jansson tidak melihatnya selama dua bulan. Mungkin singa jantan itu sudah mati, duganya. Sementara itu, kawanan the Killers mulai mengawini singa-singa betina Jua Kali. Anak dari C-Boy atau Hildur lenyap—dibunuh oleh jantan penguasa baru, atau mungkin ditinggalkan agar mati kelaparan, atau dibiarkan dimakan dubuk.
Para betina kini kembali estrus atau dalam masa berahi, dan the Killers akan memiliki keturunan yang baru. C-Boy tinggal cerita. Kawanan Jua Kali akan melupakannya. Memang beginilah cara hidup kawanan singa.
Harimau hidup menyendiri. Puma juga penyendiri. Singa merupakan satu-satunya keluarga kucing yang benar-benar sosial, hidup dalam kawanan dan koalisi yang ukuran dan dinamikanya ditentukan oleh keseimbangan kompleks untung rugi evolusioner.
Mengapa perilaku sosial seperti ini, yang tak ditemukan pada keluarga kucing lain, menjadi begitu penting pada satwa ini? Apakah ini adaptasi yang dibutuhkan untuk memburu mangsa besar seperti gnu? Apakah hal itu mempermudah melindungi anak yang masih kecil? Apakah itu muncul dari persaingan memperebutkan wilayah?
Dalam perkembangan pengetahuan mengenai struktur sosial singa, terutama dalam 40 tahun terakhir, banyak pemahaman penting yang berasal dari penelitian berkelanjutan singa di satu ekosistem: Serengeti.
!break!
Taman Nasional Serengeti meliputi sekitar 14.750 kilometer persegi padang rumput dan hutan di dekat perbatasan utara Tanzania. Taman ini awalnya adalah cagar satwaburu kecil selama pemerintahan kolonial Inggris pada 1920-an, dan resmi menjadi taman nasional pada 1951.
Ekosistem ini lebih besar—tempat kawanan besar gnu, zebra, dan gazelle (sejenis antelop yang bermigrasi musiman) mengikuti hujan demi rumput segar. Termasuk pula beberapa taman satwaburu di sepanjang tepi barat taman nasional, kawasan lain di bawah pengelolaan bersama (juga Kawasan Konservasi Ngorongoro) di sepanjang tepi timur, dan perluasan lintas batas (Cagar Nasional Masai Mara) Kenya.
Selain kawanan satwa bermigrasi, ada pula populasi antelop hartebeest, topi, reedbuck, waterbuck, eland, impala, kerbau afrika, warthog, dan herbivora lain yang cenderung menetap. Tak ada tempat lain di Afrika yang dipenuhi satwa mangsa sebanyak ini dengan bentang alam sangat terbuka.
Karena itulah Serengeti merupakan tempat terbaik bagi singa dan lokasi ideal bagi para penelitinya.
George Schaller tiba pada 1966, atas undangan direktur Taman Nasional Tanzania, untuk mempelajari efek predasi singa terhadap populasi mangsa. Schaller, ahli biologi lapangan legendaris yang ulet dan cemerlang, sebelumnya melakukan penelitian perintis terhadap gorila gunung.
Saat melakukan penelitian detail pertama mengenai spesies apa pun, katanya kepada saya baru-baru ini, “ambil semua yang bisa diperoleh.” Dia mengumpulkan segudang data selama tiga tahun dan tiga bulan penelitian lapangan intensif. Buku yang lalu disusunnya, The Serengeti Lion, menjadi buku babon.
Riset itu dilanjutkan oleh para peneliti lain. Seorang pemuda Inggris bernama Brian Bertram mengikuti jejak Schaller dan menetap selama empat tahun, cukup lama untuk mulai memahami faktor sosial yang memengaruhi keberhasilan reproduksi dan menjelaskan satu fenomena penting: pembunuhan bayi singa oleh satwa jantan.
Bertram mendokumentasikan empat kasus di mana koalisi jantan baru membunuh anak-anak kawanan singa yang baru diambil alih. Kemudian datang Jeannette Hanby dan David Bygott yang mengumpulkan bukti bahwa pembentukan koalisi—terutama koalisi beranggota tiga jantan atau lebih—membantu singa jantan merebut dan mempertahankan kekuasaannya atas kawanan singa. Hal ini menghasilkan lebih banyak keturunan yang mampu bertahan hidup.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR