Penambangan kapur dari terumbu karang, kebutuhan akuarium hias, juga pengendapan kapur akibat penebangan hutan. Bukit-bukit yang menggundul dapat mengakibatkan pengikisan tanah. Tanah tererosi ke laut akan menghalangi sinar matahari. Dampaknya, karang tidak dapat tumbuh.
“Apa jadinya Togean ini? Mereka ini tidak sadar bahwa kehidupan wisata lebih menjanjikan jangka panjang daripada penambangan, penangkapan dan perusakan laut. Apa mau dikata? Setiap kami tegur selalu saja perut dijadikan alasan,” keluh Lani.
Kepulauan Togean merupakan salah satu tujuan peringkat atas dalam wisata bahari. Kerusakan yang terjadi tentu akan memusnahkan sisi ekonomi dan ekologis. Tangkapan ikan nelayan akan berkurang, wisatawan pun akan berkurang.
Bagi saya, momok ini masih bisa dicarikan solusi terbaik, asal semua pihak bersedia berbagi rasa. Apalagi yang bisa kita banggakan jika kekayaan harta karun Indonesia diambil tanpa terukur seolah-olah tidak ada hari esok. Kepulauan yang mendapat hati begitu banyak wisatawan karena keindahan bahari baik di atas maupun di bawah permukaannya menjadi anak tiri di negaranya sendiri.
Akankah ketiga pemuda yang begitu cinta laut itu berjuang tanpa dukungan? Begitu susahkah kita menjaga harta karun Kepulauan Togean?
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR