Pada Al Jazeera, Darla Rooks, seorang nelayan dari Port Sulfur, Louisiana, Amerika Serikat melaporkan, ia telah menemukan spesies hewan-hewan yang bermutasi. Udang dengan lubang di cangkangnya, cangkang yang seluruh ujungnya terbakar hingga seluruh duri atau capitnya hilang, cangkang yang bentuknya tidak karuan, serta kepiting yang mati dari dalam. Maksudnya, kepiting-kepiting ini masih hidup. Namun jika dikupas, dari baunya, mereka seperti sudah mati seminggu yang lalu.
Selain itu, Rooks juga menemukan udang tak bermata, udang dengan pertumbuhan abnormal, udang betina dengan bayi-bayi yang terus menempel, serta udang dengan insang berminyak. “Kami juga menemukan ikan tak bermata dan bahkan ikan yang tidak punya kelopak mata,” ucapnya.
“Ikan dengan luka, ikan tanpa penutup insang, serta ikan dengan gumpalan besar berwarna merah jambu yang menggantung di mata dan insangnya juga ditemukan,” ucap Rooks.
Hal serupa ditemukan oleh Tracy Kuhns dan Mike Roberts, pemancing komersial dari Barataria, Louisiana. “Di puncak musim penangkapan udang, September lalu, salah satu rekan kami menemukan sekitar 180 kilogram udang-udang seperti ini,” sebut Kuhns sambil menunjukkan contoh ikan tanpa mata tersebut. Menurutnya, setidaknya 50 persen udang yang ditangkap di periode tersebut di Barataria Bay, kawasan penangkapan udang populer yang sangat terpengaruh oleh dampak tumpahan minyak British Petroleum (BP), tidak punya mata.
Namun, temuan hewan-hewan mutan itu beberapa waktu setelah bencana dahsyat itu terjadi bukanlah hal yang mengejutkan. Pasalnya, salah satu zat yang digunakan oleh BP untuk membersihkan tumpahan minyak di perairan Teluk Meksiko adalah Corexit.
Earthjustice, sebuah lembaga pengamat lingkungan non profit pernah menggungat BP demi mendapatkan formula dari material tersebut. Meski berhasil mendapatkan formulanya, institusi ini menyatakan sulit untuk mengetahui dampak zat pengurai tersebut bagi kehidupan di Teluk Meksiko. Namun, menurut Eearthjustice, setidaknya 13 dari 57 zat kimia di dalam Corexit mengandung racun bagi kehidupan laut.
Sebagai contoh, fosfor, yang memang dapat membantu mikroba menguraikan minyak. Tetapi sayangnya, fosfor juga sangat beracun bagi ikan. Terkait penemuan hewan-hewan yang mengalami mutasi tersebut, belum dapat dipastikan apakah penyebab cacat pada tubuh mereka adalah disebabkan oleh minyak, zat pengurai, atau keduanya.
Tragedi tumpahan minyak BP ini terjadi pada 20 April 2010 lalu. Tumpahan berasal dari ledakan di rig pengeboran yang terhubung dengan salah satu sumur milik BP dan menyebabkan tragedi lingkungan terbesar dalam sejarah.
Dampak terhebat bukan hanya dirasakan para penghuni laut, tapi juga masyarakat sekitar Teluk Meksiko. Pemerintah Amerika Serikat kemudian memaksa BP untuk membayar ganti rugi. Diklaim oleh BP jika mereka sudah mengeluarkan dana sebesar US$8 juta kepada pihak yang merasa dirugikan. Dan US$14 juta lagi untuk menanggulangi tumpahan minyak tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR