Dari data satelit itu, diketahui bahwa jumlah es yang hilang antara 2010 hingga 2018 dapat membuat wilayah seukuran Belanda berada 7 kaki atau sekira 2 meter di bawah air. "Hilangnya es yang signifikan di Kutub Utara Rusia akan memiliki dampak yang jelas bagi kenaikan permukaan laut," kata penulis utama Dr Paul Tepes, dari Fakultas GeoSciences, University of Edinburgh's School.
Diketahui, Perairan Atlantik yang semakin hangat terdapat di sepanjang tepi benua Eurasia. Pemanasan Samudra Arktik tampaknya memainkan peran kunci dalam mempercepat hilangnya es dari dua kelompok pulau besar yang berbatasan dengan Laut Kara, kata para peneliti.
Analisis tim menunjukkan bahwa kepulauan Novaya Zemlya dan Severnaya Zemlya, yang mencakup area gabungan sekitar 50.000 mil persegi, kehilangan 11,4 miliar ton es setiap tahun antara 2010 dan 2018. Temuan serupa juga diketahui dari Greenland timur.
Baca Juga: Kabar Arktika: Penemuan Populasi Beruang Kutub di Lautan Chukchi
Sejak 2010, kehilangan tersebut didorong oleh peningkatan ablasi atau pengikisan permukaan, dan perubahan dramatis dalam dinamika es di cekungan drainase individu di seluruh Arktik Tinggi Eurasia.
Menurut peneliti, penipisan es telah berdampak besar pada stabilitas beberapa gletser dan lapisan es di kawasan itu, yang selanjutnya dapat meningkatkan hilangnya es di masa depan.
Dibandingkan dengan ukuran gletser yang relatif kecil, lapisan es adalah kumpulan es besar setebal beberapa ratus meter yang menutupi area hingga sekitar 8.000 mil persegi di wilayah tersebut. Beberapa di antaranya menyimpan es hingga 12.000 tahun, yang memberi para ilmuwan catatan jangka panjang yang berharga tentang iklim Arktik.
Baca Juga: 'Zombi Arktika' Berusia 24.000 Tahun Dihidupkan Kembali oleh Imuwan
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Journal of Geophysical Research,The University of Edinburgh |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR