Cerita ini bermula pada musim dingin 1920-an, di saat pertandingan harus ditunda ketika salju turun menutupi seluruh permukaan stadion. Seperti dilansir dari football-stadiums dalam artikel berjudul The History of Undersoil Heating, sebelum pertandingan menghadapi Tottenham Hotspurs, seluruh lapangan dilapisi jerami tebal untuk mencegah salju menutupi lapangan, namun hal itu tetap tidak berhasil dan laga ditunda. Sebaliknya, lapangan justru terlihat seperti ladang pertanian.
Tiga puluh tahun berselang—tepatnya tahun 1958, Everton mulai memasang instalasi pipa bawah tanah sepanjang 20 mil atau setara dengan 30 km dan mengangkat rumput Goodison Park.
Manajemen klub telah mengeluarkan biaya sekitar £16.000 atau setara dengan Rp320 juta rupiah untuk menciptakan stadion dengan teknologi yang paling canggih saat itu. Teknologi yang dibuat dinamakan undersoil-heating atau yang akrab disebut teknologi pemanasan anti-salju. Pipa bawah tanah yang dialiri air panas ini berfungsi untuk menghangatkan permukaan lapangan sehingga rumput tidak lagi beku dan salju yang menutupi lapangan dapat mencair.
Dua Pendaki Wanita Meninggal dalam Tragedi Puncak Cartenz Papua, Ini Profil dan Kronologinya
Source | : | football-stadiums.co.uk |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR