Nationalgeographic.co.id—Pencinta sepak bola di seluruh dunia mungkin banyak yang belum menyadari jika ada teknologi canggih yang terpasang di bawah tanah untuk menghangatkan permukaan lapang saat ditutupi salju. Penulis mengajak pembaca sekalian menuju ke Goodison Park, salah satu stadion megah di Inggris yang menjadi markas dari Klub Everton FC. Everton merupakan klub yang berbasis di Kota Liverpool, Inggris. Ia menjadi rival abadi Liverpool sekaligus derbi sekota yang selalu menarik untuk ditonton.
Goodison Park didirikan pada 1892 dan telah menjadi saksi dari kompetisi sepak bola tertua di dunia, yaitu FA Cup. Menariknya, Goodison Park yang bukan merupakan stadion tertua di Inggris ini telah berhasil menjadi pionir dalam membuat inovasi baru. Inovasi tersebut adalah menciptakan teknologi anti-salju yang terpasang di bawah tanah.
Mengutip dari laman Everton The First, Everton menjadi klub satu-satunya di era 1960 yang tetap menggelar laga meski dalam kondisi bersalju. Inggris yang menjadi penyelenggara kompetisi sepakbola pertama di dunia, kerap kali mengalami kendala saat memasuki musim dingin. Pada saat musim dingin, salju turun sangat lebat sehingga menghalangi jarak pandang serta menutup garis-garis lapangan.
Cerita ini bermula pada musim dingin 1920-an, di saat pertandingan harus ditunda ketika salju turun menutupi seluruh permukaan stadion. Seperti dilansir dari football-stadiums dalam artikel berjudul The History of Undersoil Heating, sebelum pertandingan menghadapi Tottenham Hotspurs, seluruh lapangan dilapisi jerami tebal untuk mencegah salju menutupi lapangan, namun hal itu tetap tidak berhasil dan laga ditunda. Sebaliknya, lapangan justru terlihat seperti ladang pertanian.
Tiga puluh tahun berselang—tepatnya tahun 1958, Everton mulai memasang instalasi pipa bawah tanah sepanjang 20 mil atau setara dengan 30 km dan mengangkat rumput Goodison Park.
Manajemen klub telah mengeluarkan biaya sekitar £16.000 atau setara dengan Rp320 juta rupiah untuk menciptakan stadion dengan teknologi yang paling canggih saat itu. Teknologi yang dibuat dinamakan undersoil-heating atau yang akrab disebut teknologi pemanasan anti-salju. Pipa bawah tanah yang dialiri air panas ini berfungsi untuk menghangatkan permukaan lapangan sehingga rumput tidak lagi beku dan salju yang menutupi lapangan dapat mencair.
Selepas 1958, kondisi Goodison Park berjalan baik-baik saja sebelum akhirnya menjelang akhir 1959, hujan salju yang lebat tak dapat terbendung akibat kurangnya drainase. Pasokan air berlebih dan minimnya drainase membuat permukaan lapangan menjadi banjir. Maka, pada 1960 Goodison Park mengalami sejumlah perbaikan ulang, dengan mengganti dan menambah drainase agar undersoil-heating yang terpasang dapat bekerja optimal.
Selepas tahun 1960, Goodison Park telah menjadi percontohan sebagai stadion dengan kesiapan optimum saat menghadapi musim dingin. Kemudian beberapa stadion di Inggris pun melakukan hal yang sama, seperti Stadion Elland Road markas Leeds United pada 1968, Highbury markas Arsenal pada 1970, hingga Anfield markas Liverpool pada 1980.
Crispin Andrews dalam tulisannya pada Sports Tech: Football Pitch tentang Pitching the hybrid pitch, menuliskan, "bahkan undersoil-heating yang diterapkan pada stadion modern sudah menggunakan sistem sub-udara untuk meniup udara hangat ke dalam tanah melalui lubang pipa di bawah lapangan," pungkasnya. Terdapat juga teknologi tambahan seperti blower dan kipas besar di bawah tanah yang dapat meniup dan menarik angin panas/hangat melintasi lapangan untuk mempercepat pengeringan tanah dan rumput. Kecanggihan zaman telah membuat sepak bola menjadi lebih menarik untuk disaksikan.
KOMENTAR