Dari sebuah survei yang dilakukan bersama-sama oleh Washington Post dan para peneliti dari Stanford University, Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa warga negeri itu tidak lagi menganggap perubahan iklim sebagai ancaman lingkungan terbesar yang dihadapi dunia saat ini.
Anehnya, opini publik tersebut terbentuk meski negeri mereka tengah dihantam gelombang suhu tinggi di berbagai kawasan.
Sebanyak 29 persen dari responden menyatakan, polusi air dan udara merupakan hal yang lebih mengkhawatirkan. Responden yang menyatakan bahwa perubahan iklim merupakan masalah terbesar ada di posisi kedua, dengan 18 persen. Namun, jumlah yang mengkhawatirkan perubahan iklim ini menurun dari angka 33 persen pada tahun 2007 lalu.
Survei ini dilakukan terhadap 800 responden berusia dewasa via telepon antara 13 sampai 21 Juni 2012. Sebagai gambaran, kurun waktu tersebut berselang hanya beberapa hari setelah sejumlah negara bagian di Amerika Serikat mengalami kenaikan suhu hingga mencatat rekor baru.
Bahkan menurut Accuweather, suhu sempat mencapai 38 sampai 41 derajat Celsius. Hingga mengakibatkan munculnya badai petir mengerikan yang telah menewaskan sedikitnya 12 orang dan menyebabkan sejumlah kawasan kehilangan pasokan listrik.
Meski tak lagi menganggap perubahan iklim sebagai fenomena alam yang paling mengkhawatirkan, hampir tiga perempat responden mengaku planet Bumi memang semakin panas. Mereka juga menyadari bahwa temperatur global akan terus naik jika tidak ada tindakan konkrit yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut laporan survei yang dipublikasikan oleh Washington Post tersebut, kemungkinan, salah satu alasan bahwa warga Amerika Serikat tak lagi menganggap perubahan iklim global adalah karena Barack Obama, presiden AS sendiri tidak terlalu fokus membahas masalah ini, menjelang pemilihan umum November mendatang.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR