Paus yang terdampar di Beting Ujung, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, dipastikan telah mati. Kepastian itu berdasarkan pantauan langsung Jakarta Animal Aid Network, Senin (30/7).
Saat ini, tiga relawan, yaitu Komeng dari Tagana Karawang serta Khaleb dan Gabby dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN), telah berada di lokasi paus terdampar di Muaragembong. Berdasarkan pengamatan langsung, dipastikan paus tersebut sama dengan yang telah diselamatkan dari Tanjung Pakis, Karawang, Sabtu (29/7). Panjang sekitar 12 meter, berwarna hitam, dengan luka pada bagian ekor.
"Kondisi saat ini mulai tercium bau bangkai. Kulitnya mengelupas, tetapi tidak benar ada lecet-lecet seperti yang diisukan. Kulit terlihat mengelupas pada daerah punggung yang terekspos matahari," kata Gabby, relawan JAAN.
"Luka atau lecet hanya pada ekor, seperti sebelumnya. Dari mata keluar darah. Seperti internal bleeding. Di dari mulut memang terlihat jejak darah keluar, tetapi tidak pasti karena bercampur air," papar Gabby, yang telah sampai di lokasi pada pukul 06.00 WIB.
Posisi bangkai paus, menurut Gabby, berada 100 meter dari garis pantai, pada kedangkalan air satu meter saat surut dan saat pasang 1,5 meter. Kepala paus bergeser-geser posisi, sebelumnya mengarah ke pantai, lalu mengarah ke laut karena bangkai tersapu gelombang.
Lokasi itu terpencil dan garis pantai berupa kumpulan mangrove dengan sedikit pantai yang dapat dijejak saat surut. Jarak dari permukiman terdekat, yaitu Desa Kampung Beting, sekitar lima kilometer. Lokasi tidak dapat dicapai dengan menggunakan mobil. Apabila membawa mobil, harus dititipkan ke Kantor Polsek Muaragembong, lalu menyeberang Kali Citarum dan naik sampan di muara sungai dari Kampung Beting.
Saat mencapai lokasi, walau bangkai paus hanya berjarak 100 meter dari garis pantai dan di kedangkalan satu meter, juga tidak bisa berjalan kaki karena lumpur yang tebal.
Saat ini relawan JAAN dan Tagana berusaha mengamankan lokasi bangkai paus supaya tidak mendapat perlakuan buruk dari warga. Di lokasi itu, relawan memantau belum banyak warga yang menonton. Pagi ini hanya ada sekitar 15 penduduk dengan tiga sampan yang menonton ke lokasi. Bangkai paus tersebut berada pada koordinat 5.55'21"S/107.2'52"E.
Saat ini, Kopassus Gultor Cijantung, relawan lainnya dari JAAN, Global Dive, sudah menuju ke lokasi dengan armada Kesatuan Penjaga Pantai dan Laut dengan kapal KN P348 dan KN GOLOK-P 206, dan Searider dari Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai Kelas I Tanjung Priok.
Menurut beberapa peneliti ada empat hal yang menjadi kemungkinan penyebabnya. Pertama, mereka bisa terdampar karena sakit. Kedua, binatang tersebut mengalami disorientasi karena terpengaruh oleh sonar frekuensi rendah yang dipancarkan oleh benda-benda atau peralatan buatan manusia.
Paus dan lumba-lumba dapat juga mengalami disorientasi karena cuaca yang sangat buruk seperti badai siklon. Yang terakhir, terdapat indikasi bahwa kejadian-kejadian seperti bintik matahari dan siklus bulan dapat juga menyebabkan paus terdampar.
Kisah lengkapnya di Para Gergasi yang Terempas
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR