Nationalgeographic.co.id—Ameba pemakan otak. Dari namanya saja kita sudah tahu makhluk kecil ini berbahaya dan mengerikan.
Kasus tragis terbaru akibat spesies mikroskopis itu dialami seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun dari Tehama County, California, Amerika Serikat. Bocah kecil itu meninggal pada 7 Agustus lalu karena mengalami infeksi akibat ameba pemakan otak.
Rupanya, bocah itu terinfeksi parasit bernama Naegleria fowleria itu saat berenang di danau California Utara. Aktivitas ameba pemakan otak di tubuh si bocah ini kemudian membawa bocah itu ke ruang gawat darurat pada 30 Juli, di mana ia kemudian diterbangkan ke Pusat Medis Universitas California-Davis (UC Davis).
Kondisinya semakin memburuk hingga ia membutuhkan tindakan bantuan hidup dari paramedis. Namun akhirnya dia meninggal juga.
Bagaimana organisme ini masuk ke tubuh manusia?
Parasit Naegleria fowleri yang mengerikan ini dapat masuk ke otak manusia dengan berenang melalui hidung. Di otak, parasit jahanan ini mengendap dan mulai mengunyah.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh parasit ini disebut meningoensefalitis amebik primer (primary amebic meningoencephalitis/PAM), sebagaimana dilansir Forbes. Meninges adalah selaput yang membungkus otak manusia. "Encephalo-" adalah awalan yang digunakan ketika Anda hendak mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan "otak."
Adapun akhiran "-itis" berarti peradangan. Jadi PAM pada dasarnya adalah peradangan otak yang meluas yang disebabkan oleh infeksi ameba.
Masalahnya, infeksi ini sulit dideteksi sejak dini. Amoeba sangat kecil, dan mereka tidak berbicara. Mereka tidak mengumumkan diri mereka sendiri saat memasuki otak Anda.
Selama satu hingga sembilan hari pertama infeksi, Anda mungkin bahkan tidak memiliki gejala apa pun. Beberapa gejala yang mungkin juga muncul adalah demam, mual, muntah, dan sakit kepala parah di bagian depan kepala Anda.
Masalahnya, ketika Anda sakit kepala, ameba pemakan otak kemungkinan besar bukanlah hal pertama yang Anda pikirkan, bahkan jika Anda mengalami sakit kepala yang cukup parah. Inilah yang digambarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sebagai tahap satu dari infeksi ameba tersebut.
Baca Juga: Terawetkan Sempurna, Fosil Otak Berusia 310 Juta Tahun Ditemukan di AS
Setelah infeksi pindah ke tahap kedua, gejala menjadi lebih jelas. Anda mungkin mengalami leher kaku, kejang, perubahan status mental, halusinasi, atau koma. Bahkan ketika Anda mungkin memiliki gejala yang lebih parah, mungkin belum jelas apa yang terjadi karena kondisi seperti ini dapat dengan mudah disalahartikan sebagai masalah yang lebih umum seperti meningitis bakteri. Sekali lagi, "apakah Anda pikir Anda terinfeksi ameba pemakan otak" bukanlah pertanyaan yang biasanya ditanyakan orang.
Jadi sementara dokter menggunakan perawatan lain, mereka mungkin tidak memberikan miltefosine. Ini adalah jenis obat yang benar-benar dapat membunuh ameba, dan menginduksi hipotermia, yang menurunkan suhu tubuh untuk mengurangi pembengkakan otak.
Tanpa obat ini, berarti Anda membiarkan ameba itu bersarang semakin lama di otak Anda. Jika otak Anda diibaratkan sebagai negara, maka ameba ini bagaikan politisi bejat atau pejabat pemerintah yang korup. Diam-diam makhluk ini mengunyah dan menyebabkan lebih banyak kerusakan di otak Anda.
Keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan mungkin menjadi alasan mengapa tingkat kelangsungan hidup dari infeksi Naegleria fowleri sangatlah rendah. PAM biasanya berakibat fatal dalam waktu 18 hari sejak gejala pertama kali muncul.
Baca Juga: Studi Baru: Ada Jaringan Otak yang Hilang dari Para Penyintas COVID-19
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the Pediatric Infectious Diseases Society menemukan bahwa antara tahun 1962 dan 2018, hanya empat orang dari 145 kasus PAM di AS yang bertahan hidup. Faktanya, dalam setengah kasus, kematian terjadi dalam waktu lima hari setelah gejala muncul. Itu adalah statistik yang mengerikan.
Mendengar ini mungkin menggoda Anda untuk membungkus lakban di hidung Anda sehingga tidak ada yang naik ke sana. Jangan lakukan itu, karena bisa bernafas itu penting. Untungnya, ameba pemakan otak tidak melayang di udara seperti serbuk sari atau virus corona COVID-19.
Sebaliknya, ameba ini biasanya akan berada di tanah dan air tawar yang lebih hangat seperti yang ditemukan di danau, sungai, mata air panas, kolam renang, pemanas air, dan tangki air pabrik industri.
Kemungkinan sumber infeksi ameba adalah Neti pot atau aktivitas apa pun di mana Anda menuangkan air keran ke hidung Anda. Berenang di perairan alami atau kolam yang mengandung klorin buruk dapat membuat ameba naik ke hidung Anda juga.
Baca Juga: Misteri di Balik Penemuan Otak Berusia 2.600 Tahun yang Masih Utuh
Sekarang Anda mungkin bertanya-tanya mengapa tidak ada lebih dari 145 kasus PAM selama bertahun-tahun. Lagi pula, berenang di kolam, danau, dan sungai adalah kegiatan yang relatif umum. Kebanyakan orang tampaknya melakukan kegiatan semacam ini tanpa mengalami infeksi Naegleria fowleri. Oleh karena itu, harus ada beberapa kombinasi situasi yang terjadi untuk membuat orang-orang tertentu lebih rentan.
Ada waktu dan tempat di mana infeksi semacam itu lebih mungkin terjadi. Naegleria fowleri lebih betah di air yang lebih hangat sehingga sebagian besar infeksi terjadi selama Musim Panas di 15 negara bagian paling selatan di Amerika Serikat, misalnya.
Faktanya, lebih dari setengah kasus terjadi di Texas dan Florida, menurut CDC. Anda dapat mencoba mengurangi risiko infeksi dengan memegang atau menutup hidung Anda saat berenang, terutama saat menyelam ketika air lebih mungkin mengalir ke hidung Anda.
Fakta lainnya, perubahan iklim tampaknya memanaskan segalanya, yang memungkinkan Naegleria fowleri untuk lebih memperluas habitatnya. Dengan fakta ini, mungkin Anda dapat menambahkan ancaman ameba pemakan otak sebagai alasan lain untuk mengambil lebih banyak tindakan untuk mencegah perubahan iklim di bumi ini.
Baca Juga: Seperti Medusa, Virus Ini Mampu Mengubah Amoeba Menjadi ‘Batu’
Source | : | Forbes |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR