Kepergian Soviet tidak serta merta membawa perdamaian ke Afganistan. Perang Saudara berlanjut dan yang terbesar adalah antara komandan Mujahidin pada 1992.
Kabul, Ibu Kota Afganistan dihantam ratusan roket setiap hari. Perang itu kemudian membuat Burhanuddin Rabbani dari etnis Tajik menjabat sebagai presiden sementara dari Juli hingga Desember 1992. Ia kemudian diangkat sebagai presiden penuh pada Januari 1993.
Terplihnya Burhanuddin Rabbani menimbulkan kecemburuan. Mujahidin dari etnis Pashtun merasa kelompok mereka lebih cocok menjabat sebagai pemimpin Afganistan.
Kemudian Mujahidin dari etnis Pashtun membentuk kelompok fundamentalis Islam bernama Taliban pada September 1994. Mereka didominasi oleh kelompok santri dari etnis Pashtun yang menginginkan pemulihan keamanan dan perdamaian berdasarkan syariat Islam.
Taliban berasal dari bentuk jamak dari bahasa Arab talib yang berarti penuntut atau pencari ilmu. Identitas Pashtun yang baru sebagai Taliban memberikan Afganistan kekuatan baru. Di mata rakyat kecil, Taliban adalah penyelamat.
Mereka mendapat simpati karena Taliban tidak sering menjarah, memperkosa, dan menculik seperti Mujahidin. Simpati pun bertambah ketika Taliban menyelamatkan seorang anak dari penculikan salah satu kelompok Mujahidin.
Baca Juga: Lelah Berperang, Ini Detik-detik Soviet Mundur dari Afghanistan 30 Tahun Lalu
Setelah merebut Kabul, Taliban mengambil alih pemerintahan pada September 1996. Pada masa pemerintahannya, Talibat melarang alkohol, bioskop, musik, internet, televisi, dan fotografi. Tak hanya itu, mereka juga membangun penjara wanita. Wanita juga dilarang pergi ke sekolah sampai pekerjaan dibatasi. Pada akhirnya, Taliban berhenti berkuasa pada 2001.
'Ketentuan yang merendahkan dan membatasi perempuan dipandang penting oleh Taliban untuk mencegah negara mereka jatuh ke dalam kejahatan dan pelecehan, seperti yang terjadi di negara-negara Barat dengan emansipasi perempuan. Namun, ketentuan tersebut justru membuat perempuan sengsara," pungkas Taufik Adnan Amal dalam buku Politics of Islamic Sharia: From Indonesia to Nigeria.
Source | : | Berbagai Sumber |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR