Nationalgeographic.co.id—Penelitian tentang hewan purba mamut terus dilakukan oleh para ahli. Dikepalai oleh para peneliti dari Centre for Palaeogenetics, Stockholm, tim berhasil mengurutkan rangkaian DNA dari sisa-sisa mamut berusia 1,2 juta tahun.
Dilansir dari Geology Page, para peneliti mendapati bahwa mamut Kolombia merupakan jenis mamut hibrida dari mamut berbulu dengan jenis mamut lainnya yang sebelumnya tidak diketahui. Mamut Kolombia sendiri mendiami wilayah Amerika Utara pada zaman es akhir.
Temuan dipublikasikan di Nature dengan judul Million-year-old DNA sheds light on the genomic history of mammoths pada 17 Februari 2021. Pada awalnya, sekitar satu juta tahun yang lalu belum ada spesies mamut berbulu ataupun mamut Kolombia. Kala itu yang ada adalah pendahulu mereka yaitu mamut stepa kuno.
Para peneliti menganalisis genom dari tiga mamut purba. Mereka menggunakan DNA dari gigi mamut yang telah terkubur selama 700 ribu hingga 1,2 juta tahun lalu di permafrost Siberia. Penelitian ini merupakan kali pertama DNA dari spesimen berusia jutaan tahun diurutkan dan diautentikasi.
“DNA ini sangat tua. Sampelnya ribuan tahun lebih tua dari sisa-sisa Viking. Bahkan lebih tua dari keberadaan manusia dan Neanderthal,” ujar Love Dalén seorang profesor dari Centre for Palaeogenetics, Stockholm kepada Geology Page.
Untuk mengetahui usia dari spesimen, para peneliti menggunakan data geologis dan penghitungan jam molekuler. Alhasil diketahui bahwa dua dari tiga spesimen sudah berusia lebih dari satu juta tahun. Sementara yang lain berusia sekitar 700 ribu tahun dan merepresentasikan salah satu mamut berbulu paling awal yang diketahui.
Penelitian tentang asal usul mamut Kolombia ini menyajikan fakta yang menarik. Seperti sudah disinggung sebelumnya, mamut Kolombia merupakan spesies hibrida. Berawal dari analisis pada genom dari spesimen tertua berusa 1,2 juta tahun yang ternyata milik spesies mamut yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Para peneliti memberi nama mamut Krestovka, sesuai dengan lokasi tempat ditemukannya. Mamut Krestovka ini berbeda dengan mamut Siberia. Fakta ini sukses membuat para peneliti terkejut.
Baca Juga: Peneliti Ungkap Mobilitas Mamut Berbulu di Alaska Melalui Gadingnya
“Semua penelitian terdahulu menujukkan bahwa hanya ada satu spesies mamut di Siberia pada saat itu yang disebut dengan mamut stepa. Tapi, analisis DNA kami menujukkan bahwa ada dua garis keturunan genetik yang berbeda, kami menyebutnya sebagai mamut Adycha dan mamut Krestovka. Kami belum bisa mengatakan secara pasti, tapi kamu pikir ini mungkin dari dua spesies yang berbeda,” ujar penulis utama jurnal penelitian ini, Tom van der Valk.
Mereka juga menyebut bahwa mamut yang tinggal di kawasan Amerika Utara sekitar 1,5 juta tahun lalu masih keturunan dari mamut Krestovka. Ya, hasil analisis menyebutkan kalau mamut Kolombia merupakan spesies hibrida, karena setengah dari genomnya berasal dari Krestovka dan setengah lagi dari maut berbulu.
Baca Juga: Lelaki 19 Tahun Temukan Fosil Gigi Mamut di Tepi Pantai Inggris
“Ini adalah penemuan penting. Tampaknya mamut Kolombia, salah satu spesies Zaman Es paling ikonik di Amerika Utara, berevolusi melalui perkawinan silang yang terjadi sekitar 420 ribu tahun yang lalu,” tambah Patrícia Pečnerová.
Sementara itu, genom kedua yang berusia jutaan tahun lainnya berasal dari mamut Adycha. Ternyata, mamut ini merupakan pendahulu dari mamut berbulu. Para peneliti juga membandingkan genom ini dengan genom mamut berbulu paling awal yang diketahui dan genom mamut yang berusia ribuan tahun.
Cara ini memungkinkan para peneliti untuk mengetahui bagaimana cara mamut beradaptasi dengan lingkungan yang dingin dan sampai mana evolusi mereka. Hasilnya, variasi genom seperti pertumbuhan bulu, pengaturan suhu tubuh, cadangan lemak, ketahanan pada suhu rendah dan ritme sirkadian berhubungan dengan kehidupan di Arktik. Hal-hal ini nyatanya sudah ada pada mamut jutaan tahun dulu, sebelum adanya mamut berbulu.
Baca Juga: Arkeolog Temukan ‘Rumah’ Zaman Es yang Tersusun dari Tulang 60 Mamut
Source | : | Geology Page |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR