Peluru 61 mm disuruh tembakkan dengan meriam 81 mm. Granat-granat Italia sisa perang di El-Alamein meledak di tangan orang-orang yang bermaksud melontarkannya. Senjata-senjata Spanyol buatan tahun 1912 dibagikan kepada tentara yang akan maju ke medan perang.
P.M. sedang mempercantik tangan Gamal Abdul Nasser, yang pada tahun 1949 berumur 31 tahun adalah putera seorang pegawai jawatan pos. Kakeknya "orang kecil" yang tidak dikenal. Untuk seorang Mesir, Nasser jangkung sekali. Ia kuat dan berani; serta sangat terkenal dalam perang Palestina. Karena daya tariknya yang besar dan kebenaran "ramalannya" mengenai nasib Mesir, banyak perwira-perwira muda rekannya yang berkelompok sekeliling dia. Mereka membentuk perkumpulan Zobat el Ahrar atau Perkumpulan Perwira Merdeka.
Mula-mula cuma sebagai kelompok perwira-perwira yang bersahabat, lama-lama menjadi alat politik yang penting. Ketika itu di Mesir harga barang-barang membubung setiap hari. Pengangguran sudah gejala umum. Sesudah mencoba pelbagai daya yang bisa dibayangkan, pemerintahan Nahas Pasha merasa putus asa.
Untuk menyimpangkan perhatian rakyat dari kelaparan dan kekecewaan yang mengancam pemerintah, maka 6 Oktober 1951 diumumkanlah bahwa Mesir tidak mengakui lagi pakta yang mengikatnya pada Inggris. Tahun 1836, Mesir mengadakan perjanjian dengan Inggris yang menguasai daerah Sungai Nil, bahwa kemerdekaan Mesir dijamin, tapi Inggris mengontrol daerah terusan Suez dan punya hak intervensi dalam urusan dalam negeri Mesir.
Kini orang Inggris harus segera meninggalkan Mesir. Karena London tidak mau menerimanya, maka mess perwira-perwira Inggris dilempari bom dan diganggu terus. Yang memberi senjata dan instruksi adalah Zobat el Ahrar yang melihat kesempatan baik dalam kericuhan ini. Zobat el Ahrar sudah beranggotakan 300 perwira. Kelompok itu dikepalai komite beranggota sembilan dan pemimpinnya Nasser. Kemudian Inggris mulai melancarkan serangan balasan.
Tanggal 25 Januari tangsi polisi di Ismailia dikepung Inggris. Mereka minta instruksi dari Kairo dan diperintahkan agar lebih baik mati daripada menyerah. Beberapa jam kemudian, ketika pertempuran berakhir, di pihak Mesir kira-kira 5O orang meninggal dan sisanya hampir semua luka-luka. Keesokan harinya, ketika hal ini diumumkan di Kairo, polisi-polisi mogok. Pukul tujuh pagi mereka berbaris keluar tangsi menuju ke Universitas dan ribuan mahasiswa ikut beramai-ramai mencari PM Nahas
Kelompok itu dikepalai komite beranggota sembilan dan pemimpinnya Nasser. Kemudian Inggris mulai melancarkan serangan balasan. Tanggal 25 Januari tangsi polisi di Ismailia dikepung Inggris. Mereka minta instruksi dari Kairo dan diperintahkan agar lebih baik mati daripada menyerah. Beberapa jam kemudian, ketika pertempuran berakhir, di pihak Mesir banyak yang meninggal dan sisanya hampir semua luka-luka. Keesokan harinya, ketika hal ini diumumkan di Kairo, polisi- polisi mogok. Pukul tujuh pagi mereka berbaris keluar tangsi menuju ke Universitas dan ribuan mahasiswa ikut beramai-ramai.
(bersambung)
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR