Dengan menggunakan studi perilaku dan pelacakan mata, para peneliti menguji hipotesis mereka bahwa gaya berpikir analitis lebih mungkin menjalani operasi plastik. Untuk itu, para peneliti melakukan studi perilaku untuk mengidentifikasi gaya berpikir seseorang.
Pertama, relawan yang terlibat dalam penelitian ditugaskan secara acak yang mengarahkan mereka untuk diidentifikasi sebagai pemikir analitis atau holistik. Selanjutnya mereka ditanya tentang persepsi hidung dan prosedur kosmetik mereka.
Mereka yang cenderung berpikir analitis merasa kurang puas dengan hidung mereka. Semakin mereka merasa tidak puas, semakin besar kemungkinan mereka untuk menjalani operasi hidung. Usia, status hubungan, dan ukuran tubuh tidak memengaruhi.
Sementara, pada studi pelacakan mata, para peneliti meminta peserta untuk melihat foto diri mereka sendiri dengan cara yang sama ketika seseorang melihat ponsel atau media sosial mereka. Peneliti kemudian melacak, berapa lama mereka melihat bagian gambar yang berbeda.
“Pelacakan mata adalah cara yang bagus untuk menangkap perhatian setiap saat. Kami menemukan banyak variabilitas dalam cara peserta melihat foto diri mereka sendiri dan bagaimana perasaan mereka saat melihat foto itu,” kata Warnell dari Texas State University.
Baca Juga: Operasi Plastik Sudah Ada di India Sejak Abad ke-6 Sebelum Masehi
Miftal menambahkan, dalam studi itu, jika mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk fokus pada hidung khususnya, maka besar kemungkinan orang tersebut untuk melakukan operasi hidung. "karena kami berteori bahwa efek hiper-fokus menyebabkan kepuasan yang lebih rendah dengan itu," tambah Mittal.
Hasil penelitian dapat memiliki aplikasi untuk pemasar dan penyedia operasi plastik. Misalnya, pemasar dapat memanipulasi calon konsumen menjadi hiper-fokus pada bagian tubuh mereka dan kemudian lebih terbuka terhadap pembedahan.
Sementara bagi konsumen, hasil penelitian ini dapat menjadi preferensi mereka untuk menjalani prosedur bedah kosmetik. "Jika Anda berpikir untuk melakukan prosedur kosmetik, mungkin Anda perlu mengambil langkah mundur, untuk lebih holistik dan memikirkan masa depan," kata Mittal.
Misalnya, jika ingin melakukan pembesaran payudara, sedot lemak atau apapun itu. Miftal menyarankan konsumen untuk dapat memikirkannya. Apakah itu benar-benar akan memiliki dampak positif jangka panjang? Apakah itu sepadan dengan risikonya? Seperti apa pemulihannya? Bahkan untuk beberapa bulan ke depan?
"Sebenarnya mengambil fokus ke depan adalah sesuatu yang dapat dilakukan konsumen untuk memberi mereka pandangan yang lebih holistik sebelum membuat keputusan akhir," katanya.
Source | : | eurekalert,Marketing Letters |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR