Penelitian terbaru menunjukan bahwa perubahan iklim yang ekstrem akan membuat orang tetap miskin di berbagai daerah di dunia. Peneliti berargumen bahwa bencana seperi kekeringan yang merata, dapat menjadi penyebab utama kemiskinan.
Mereka mengatakan bahwa hingga 325 juta orang akan hidup di 49 negara yang sangat rentan terkena bencana alam dan iklim ekstrem pada tahun 2030.
Di sub-Sahara Afrika sebanyak 118 juta orang miskin akan menghadapi iklim ekstrem.
Jika tidak ada upaya untuk mengurangi risiko ini, kemajuan dunia dalam memerangi kemiskinan bisa terhambat.
Madagaskar salah satu negara paling berisiko mengalami bencana seperti badai dan banjir. Laporan yang disusun oleh Institut Pembangunan Luar Negeri ini menguji hubungan antara bencana dan kemiskinan selama 20 tahun ke depan, dengan menggunakan proyeksi penduduk, model iklim dan perkiraan bagaimana pemerintah dapat menanggulangi iklim ekstrem.
(Baca juga: Kota-kota dunia yang paling dulu terkena dampak perubahan iklim, dan Manokwari, Wilayah Paling Awal Alami Dampak Perubahan Iklim)
Kekeringan berarti kemiskinan
Masalah iklim terbesar yang akan dihadapi oleh warga miskin adalah kekeringan, hujan ekstrem, dan banjir.
Analisis data dari pedesaan di Etiopia dan Andhra Pradesh di India menunjukkan bahwa ada risiko kekeringan yang besar. Artinya, kekeringan juga merupakan faktor utama dalam membuat warga tetap miskin dan sakit.
"Kita sudah sering mendengar bahwa penyakit adalah penyebab terbesar kemiskinan," kata Dr Tom Mitchell, kepala ODI perubahan iklim.
"Tapi dalam data, di daerah rawan kekeringan, penyebab terbesar adalah kekeringan--di daerah yang terkena bahaya ini, mereka adalah penyebab utama kemiskinan."
Negara-negara maju belum mengakui bahwa peristiwa cuaca ekstrem memiliki peran dalam menjadikan warga miskin tetap menjadi miskin.
Masalah besar adalah bahwa pada saat ini, uang cenderung mengalir dalam menanggapi bencana, bukan untuk mencegah mereka.
Laporan ini menyerukan bencana dan perubahan iklim dimasukan dalam tujuan pembangunan pasca-2015, sehingga dunia dapat mengenali ancaman iklim dalam upaya pemberantasan kemiskinan pada tahun 2030.
Penulis | : | |
Editor | : | Oik Yusuf |
KOMENTAR