Pada awal November 2013, sebuah film dokumenter dengan judul The Last Great Climb, diluncurkan ke publik. Film ini berkisah tentang ekspedisi pimpinan pemanjat Leo Houlding (berkebangsaan Inggris) yang merayapi tebing Ulvetanna Peak (dalam bahasa Norwegia berarti: gigi serigala) setinggi 2.930 meter yang merupakan bagian dari Pegunungan Fenriskjeften (berarti rahang serigala dalam bahasa Norwegia). Pegunungan ini terletak di bagian timur Queen Maud Land, Antartika.
Tepat setahun silam, Houldingmelaksanakan ekspedisi bersama timnya yang terdiri dari para pemanjat serta pembuat film: Jason Pickles, Chris Rabone, Alastair Lee yang berkebangsaan sama, serta Sean Leary (AS), dan David Reeves dari Afrika Selatan selama enam minggu.
Puncak ini pertama kali dipetakan dengan survei dan foto udara oleh Sixth Norwegian Antarctic Expedition (1956-1960) dan ditahbiskan dengan nama Ulvetanna. Puncaknya pertama kali diraih pada Februari 1994 oleh Robert Caspersen, Sjur Nesheim dan Ivar Tollefsen dari Norwegia melalui sisi Barat Laut .
Dalam lingkungan keras yang diakui Houlding dalam wawancaranya: "mencapai suhu hingga minus 50 derajat Celsius serta angin berkecepatan 100 mph (160 km/jam) pemanjatan tebing tegak lurus ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan." Setelah mendirikan kemah induk, tim menggali sebuah gua es yang dijadikan Advance Base Camp. Selanjutnya tim juga mendirikan kemah di serambi tebing di ketinggian, sebelum melakukan pemanjatan dinding tegak lurus ini.
Seluruh peralatan yang dibawa mencapai bobot 1,7 ton, dan mereka harus melakukan gear hauling atau pengangkutan peralatan setinggi 1.100 meter, melalui jalur yang jika ditotal mencapai panjang 17.580 meter. Mereka melakukan summit push selama 10 hari, dengan kondisi tebing bervariasi.
"Everest memiliki isu ketinggian, sementara di Ulvetanna kita harus berhadapan dengan hal teknis, yaitu pemanjatan vertikal dengan standar tertinggi di lingkungan yang gila," ungkap Houlding mengenai tantangan kesulitan yang harus mereka hadapi dalam kegiatan ini.
Menurutnya, pembuatan film dalam pemanjatan akan menambah tingkat kesulitan ekspedisi berkali-kali lipat. Houlding mengingat perjalanan yang harus mereka lalui: Salah satu jalur yang bernama Dinousaurs Spine memiliki panjang 400 meter dan lebar satu meter, dengan kemiringan 45 derajat. Sementara di kiri kanan, jurang setinggi 500 meter siap melahap mereka yang lengah. "Seperti berjalan di sebilah papan menuju luar angkasa," ucapnya dengan mata berbinar.
Film The Last Great Climb ini sudah mendapatkan beberapa penghargan antara lain sebagai Best Climbing Film dalam Banff Mountain Film Festival 2013, serta Krakow Mountain Film Festival di Polandia. Film ini juga berisi wawancara dengan para pendaki ternama Sir Chris Bonington, Doug Scott, Conrad Anker, serta Ivar Tolleffsen dan Robert Caspersen (pemanjat Ulvetanna pertama).
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR