Pada pertengahan abad ke-20, para ilmuwan mengembangkan versi sintetisnya. Saat ini sebagian besar pembuat parfum mengandalkan alternatif yang diproduksi di laboratorium. Jadi bagaimana ambergris tetap menjadi objek yang memikat untuk diteliti ?
Para penggemar dunia wewangian berpendapat bahwa kualitas penciuman ambergris sintetis tidak pernah bisa dibandingkan dengan pendahulunya yang alami. Namun ada faktor lain dalam daya tarik itu—misterius. Misteri seputar komoditas biasanya selalu diikuti informasi yang salah, kecurigaan, dan kerahasiaan.
Meskipun ambergris telah diperdagangkan setidaknya sejak Abad Pertengahan, kita hanya tahu sedikit tentang substansinya. Bahkan, fakta bahwa batu ini berasal dari paus kotaklema merupakan penemuan yang relatif baru.
Baca Juga: Astronom Temukan Planet yang Mungkin Menyimpan Banyak Batu Permata
Para penjelajah pesisir menemukan ambergris yang terdampar di pantai dan para pelaut menemukan batu itu dari bangkai. Selama ratusan tahun, para naturalis dan dokter menganggap teori bahwa paus menghasilkan ambergris sebagai sesuatu yang aneh. Seorang muslim dan penulis perjalanan abad kesembilan mengusulkan bahwa paus kemungkinan besar mengonsumsi zat yang diproduksi di tempat lain dan kemudian memuntahkannya. Pernyataan inilah yang terus beredar selama beberapa abad.
The Hortus Sanitatis, sebuah ensiklopedia obat-obatan herbal yang diterbitkan pada 1491, mengutip teori bahwa ambergris adalah getah pohon, sejenis busa laut, atau sejenis jamur. Pada abad ke-12, Tiongkok memberitakan bahwa ambergris adalah ludah naga yang dikeringkan.
Menurut Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom, “Pada 1667, ada delapan belas teori berbeda tentang perkara ini dan berbagai hewan dianggap sebagai produsen zat ini—termasuk anjing laut, buaya, bahkan burung.”
Baca Juga: Paus Sperma Ditemukan Mati dengan 100 Kilogram Sampah di Perutnya
Source | : | Smithsonian |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR