Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya menyebutkan bahwa 75 persen sungai-sungai besar di Indonesia masuk dalam kategori tercemar berat. Menurutnya pula, 60 persen penyebabnya adalah limbah domestik.
"Ada 75 persen sungai yang tercemar berat dari 57 sungai besar yang dipantau kualitasnya selama 2013," katanya saat membuka rapat kerja teknis (Rakernis) Pemantauan Kualitas Air Sungai se-Indonesia di Kota Bengkulu, Senin (24/3).
Balthasar mengatakan, pencemaran sungai sangat erat kaitannya dengan perilaku hidup masyarakat di Indonesia. Tidak hanya masyarakat, perilaku sektor industri menurutnya juga berperan dalam pencemaran sungai.
"Sungai dianggap tempat yang paling strategis untuk membuang sampah, padahal sumber air baku untuk air yang kita konsumsi berasal dari sungai," katanya menjelaskan.
Pertemuan yang diikuti seluruh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) se-Indonesia itu diharapkan bisa menjadi ajang diskusi untuk mengetahui sumber pencemar dan strategi pengendalian kualitas air sungai.
Deputi VII Kementerian Lingkungan Hidup Bidang Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas Hendri Bustaman mengatakan bahwa rapat ini juga akan melaporkan hasil evaluasi yang dilakukan dari tahun 2008 hingga 2013.
"Akan ada data series sejak 2008 hingga 2013 dari 57 sungai yang dipantau," katanya.
Laporan tersebut juga akan menunjukkan data kecenderungan kualitas air di berbagai sungai prioritas. Data tersebut, lanjutnya, akan digunakan untuk perhitungan indeks kualitas Lingkungan Hidup Indonesia dan untuk kepentingan berbagai instansi terkait.
Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan pada tahun 2013 ada 10 sungai besar di daerahnya yang dipantau BLH menggunakan dana APBD Provinsi Bengkulu.
"Dari 10 sungai yang dipantau, kecenderungannya semakin tercemar baik akibat limbah domestik, limbah industri perkebunan dan pertambangan," katanya.
Sungai-sungai yang dipantau kualitasnya yakni Sungai Masnau, Nelas, Lais, Manna, Padangguci, Selagan, Airketahun, Sungai Hitam, Airseblat dan Airmaras.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR