Wisudawati terbaik periode II/2014 Universitas Negeri Semarang (Unnes), Raeni (21) berharap bisa melanjutkan kuliah ke Inggris. Apa motivasi Raeni belajar ke Inggris? Apa kata orang-orang di lingkaran terdekat kesehariannya?
"Inginnya kuliah lagi, tapi kalau belum bisa ya kerja dulu. Kalau kuliah kan juga harus mencari beasiswa," ujar Raeni, Rabu (11/6). Dia adalah putri seorang pengayuh becak yang saat ini menjadi perbincangan setelah menjadi wisudawati terbaik pada Selasa (10/6). (Baca juga Prestasi Membanggakan dari Anak Penarik Becak)
Sosok Raeni merupakan potret perjuangan pelajar dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi yang menembus batas itu dengan prestasi dan beasiswa.
Kuliah Raeni di Unnes rampung dengan biaya dari beasiswa Bidikmisi. Sekarang, Raeni pun berharap bisa kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke Inggris. Gadis kelahiran 13 Januari 1993 ini mengaku terinspirasi dosen dan tetangganya, soal keinginan belajar di Inggris.
"Dosen saya ada yang kuliah di sana. Saya asisten dosen, terus (dosen itu) cerita-cerita soal di sana. Berawal dari mimpi itulah, semoga terwujud," cerita Raeni. Seorang tetangga yang juga kakak kelasnya di sekolah, imbuh dia, adalah penerima beasiswa belajar ke Belanda.
"Itu tetangga saya belakang rumah, dia saja sama-sama dari daerah asal saya bisa ke Belanda, saya juga harus bisa. Itu sangat memacu saya," ujar wisudawati Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unnes tersebut.
Raeni mengaku memburu beasiswa penuh untuk bisa mewujudkan keinginannya kuliah di Inggris. "Kan kalau keluar negeri pendaftarannya juga mahal," ujar dia.
Kilas balik perjalanan Raeni
Putri kedua pasangan Mugiyono dan Sujamah asal Desa Langenharjo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, ini terbiasa hidup mandiri dan sederhana. Beasiswa adalah kata yang lekat dalam perjalanan akademisnya, demikian pula menjadi juara beragam lomba.
Raeni masih menyisihkan sebagian beasiswa dan uang hadiah lomba yang dia dapat itu untuk diserahkan kepada orangtuanya. Sejak semester tiga kuliah, dia sudah pula mencari tambahan penghasilan dengan memberikan les privat kepada murid SMA, sampai pernah punya enam murid.
Bagi orang-orang di sekitarnya, Raeni adalah anak yang ramah, periang, dan disiplin, baik di kampus maupun di kos, termasuk urusan shalat yang selalu diupayakan berjamaah di masjid. "Memang anaknya pintar, baik, dan sudah saya anggap seperti anak sendiri," ungkap ibu kos Raeni, Koyimah.
Meski sering telat membayar uang kos, Koyimah mengaku tak mempermasalahkannya. Dia tahu kondisi Raeni dan keluarganya. "Kalau telat bilang, saya tidak apa-apa. Dari awal kuliah sudah di sini. Ikut senang sekarang dia berprestasi membanggakan," tambahnya.
Sejak berita prestasi Raeni diberitakan sejumlah media massa, Raeni kebanjiran tawaran beasiswa, pekerjaan, dan wawancara di televisi. Kepala Humas Unnes, Sucipto Hadi Purnomo, juga mengaku dihubungi sejumlah pihak terkait prestasi Raeni.
"Kalau sekadar talkshow dan wawancara langsung biasanya saya bilang Raeni lalu saya jadwalkan. Kalau beasiswa dan pekerjaan itu kan terkait masa depan jadi butuh waktu untuk memutuskan," ujar Sucipto.
Selain itu, kata Sucipto, Unnes juga ingin mendorong Raeni menjadi tenaga pengajar atau dosen di Unnes. "Tapi semua kan tergantung Raeni juga. Bisa ambil beasiswa di sini sembari mengajar. Saya serahkan ke anaknya saja," imbuh dia.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR